Wednesday 30 December 2015

Hasil Survei Popularitas Kanmusu (Per Fall 2015) - Kategori "Heavy Cruiser"

Postingan kali ini akan mengumumkan hasil survei untuk kategori Heavy Cruiser. Pada kategori ini, terdapat dua pertanyaan dimana pada pertanyaan pertama partisipan berhak memilih hingga tiga KELAS HEAVY CRUISER yang tersedia, dan pada pertanyaan kedua partisipan hanya bisa menyebutkan satu NAMA HEAVY CRUISER saja untuk masing-masing kelas yang dipilih di pertanyaan sebelumnya. Tanpa berpanjang kata lagi berikut adalah hasil survei popularitas para kanmusu yang ada di kategori ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------
KATEGORI KELAS 
HEAVY CRUISER TERFAVORIT

#1. "TAKAO-CLASS"

(dari atas ke bawah) Takao-Atago & Choukai-Maya
Tanpa disangka-sangka oleh banyak pengamat kapal-kapalan moe ini sebelumnya, bahwa jawara absolut di kategori ini pasti akan jatuh ke tangan kapal gaijin, ternyata justru jatuh ke tangan keluarga yang sarat dengan nuansa happy-go-lucky dan berperan sebagai mood booster ini. Dengan total perolehan 126 suara atau 38,8% dari total suara yang masuk, keempat bersaudari Takao-class yang memiliki jumlah gabungan total doujin 'seru' terbanyak di antara para heavy cruiser ini membalikkan semua anggapan pesimis akan inferioritas kanmusu ras lokal.

Takao-class adalah nama empat sekawan heavy cruiser milik IJN yang kesemuanya lahir dari rentang waktu Mei 1930 sampai dengan April 1931. Dan mereka semua memulai karir militernya pada saat Perang Dunia 2 saja. Mereka berempat merupakan penerus dari Myoko-class yang memiliki persenjataan torpedo "Long Lance" yang lebih berat dan lebih banyak (bahkan juga lebih daripada Mogami-class juga), serta memiliki struktur anjungan yang besar sehingga penampilan mereka agak mirip dengan para battleship.

Persenjataan mereka yang tergolong berat membuat mereka sering memiliki masalah dalam hal stabilitas, dimana nantinya problem ini akan ditemukan solusinya pada saat Mogami-class diperkenalkan sebagai penerus mereka. Meski demikian, keempat kapal ini tetap dapat dikategorikan sebagai cruiser paling hebat yang pernah dimiliki oleh Kekaisaran Jepang.

Nah para admiral, kepada siapakah dari keempat gadis ini pilihan hatimu akan berlabuh di pelaminan?


#2. "MYOKO-CLASS"

(dari atas ke bawah) Myoko, Nachi, Ashigara, Haguro
Harus diakui bahwa keempat bersaudari ini sudah memberikan perlawanan yang ketat untuk memperebutkan posisi juara di sub kategori ini, apalagi dalam proses penghitungan suaranya mereka saling kejar-mengejar dengan Takao-class dan Admiral Hipper-class untuk menambah bumbu nikmatnya pertarungan ke puncak prestis. Dengan total perolehan 106 suara atau 32,6% dari total suara yang masuk, Myoko-class meraih posisi runner-up sekaligus juga membuktikan bahwa ras lokal memang tidak bisa dipandang remeh.

Myoko-class merupakan penerus dari heavy cruiser Aoba-class yang lahir pada masa akhir dekade 1920-an. Keempat bersaudari Myoko-class ini semuanya juga mengawali karir militer mereka pada saat meletusnya Perang Dunia 2, namun hanya satu saja yang berhasil bertahan hidup sampai perang tersebut selesai. Persenjataan standar mereka adalah sepuluh meriam laras ganda diameter 20,3 cm yang pada masa itu merupakan persenjataan terberat dari semua kelas cruiser manapun di dunia.

Selain itu, mereka dilengkapi dengan kemampuan untuk membawa dua pesawat di badan mereka. Batas kecepatan berlayar mereka juga cukup cepat yakni 36 knot (67 km/jam). Terakhir, mereka berempat merupakan cruiser IJN pertama yang dibangun dengan displacement yang melebihi batas maksimum yang sudah ditetapkan oleh Washington Naval Treaty. Kesemua spesifikasi tersebut tercermin dalam statistik firepower mereka berempat yang mampu mencapai batas maksimal diatas angka 100 jika sudah mencapai remodel kedua dan full-modernization di game Kancolle.

Dengan keunggulan dalam hal ini, siapakah di antara mereka berempat yang akan kalian percaya memegang posisi flagship di armada kalian, para admiral?


#3. "ADMIRAL HIPPER-CLASS"

Prinz Eugen
Meskipun perkiraan banyak admiral terhadap kelas ini meleset dari harapan awal, setidaknya kelas gaijin yang hanya diwakili oleh satu gadis kapal ini saja mampu memberikan perlawanan sengit terhadap delapan gadis kapal lokal lainnya. Dengan total perolehan 99 suara atau 30,5% dari total suara yang masuk, ia dapat menyelamatkan muka Kriegsmarine di serangkaian survei ini dengan merebut posisi ketiga.

Awal kelahiran kelas ini dimulai dari mulai berkuasanya Partai Nazi sebagai pemenang pemilu Jerman tahun 1933, dimana kemudian Adolf Hitler menolak keabsahan Perjanjian Versailles serta mundur dari Konferensi Geneva pada tahun yang sama dengan dalih, "Jika semua kekuatan Eropa tidak melucuti senjata dan alat-alat perangnya supaya setara dengan Jerman, maka mereka semua harus menerima keputusan Jerman untuk melakukan penguatan militernya". Lalu semenjak nama Reichsmarine berubah menjadi Kriegsmarine pada 21 Mei 1935, Jerman bebas untuk melakukan penguatan di bidang militer terutama di angkatan lautnya. Di sinilah desain kelas Admiral Hipper mulai dibuat.

Admiral Hipper-class merupakan nama kelas yang disematkan pada lima kapal heavy cruiser milik Nazi Jerman yang terdiri dari Admiral Hipper, Blucher, Prinz Eugen, Seydlitz, dan Lutzow. Namun, dalam sejarah aslinya hanya tiga kapal pertama yang terlibat dalam Perang Dunia 2 dan hanya Prinz Eugen yang mendapatkan personifikasi (baca: moefikasi) di game Kantai Collection ini.

Berbeda dengan sejarah pengembangan kapal-kapal milik Kekaisaran Jepang (IJN) yang memiliki skema dan model 'paketan kloter satu kelas', Nazi Jerman (Kriegsmarine) membangun kelima kapal di kelas ini dengan prinsip 'satu-satu yang penting selesai dulu'. Misalnya, Admiral Hipper dibangun untuk menggantikan Hamburg dan Blucher dibangun untuk menggantikan Berlin yang sama-sama sudah kuno.

Hanya Prinz Eugen saja yang dibangun tanpa ada intensi untuk membuatnya menggantikan kapal kuno apa pun. Dan mungkin saja ini yang membuatnya diplot mempunyai fisik gadis SMA yang masih fresh-from-peloncoan dan persona yang aktif-agresif nan menggoda di game Kancolle ini. Bagaimana menurut anda sekalian?


*) Urutan setelah BIG-3 ini adalah sebagai berikut:

#4. Mogami-class (77 suara atau 23,7% dari total suara yang masuk)
#5. Furutaka-class (61 suara atau 18,8% dari total suara yang masuk)
#6. Tone-class (57 suara atau 17,5% dari total suara yang masuk)
#7. Aoba-class (26 suara atau 8% dari total suara yang masuk)

--------------------------------------------------------------------------------------------
KATEGORI KANMUSU
HEAVY CRUISER TERFAVORIT

#1. "PRINZ EUGEN"


Sebelum ia muncul, yang namanya puding itu pasti manis dengan tekstur yang kenyal-kenyal. Setelah ia muncul, yang namanya puding itu jadi sesuatu yang asin karena dipenuhi dengan kandungan garam yang dibuat dari air mata para admiral yang sedap dikonsumsi oleh Tanaka-san. Dengan total perolehan 63 suara atau 18,16% dari total suara yang masuk, si puding yang dicurigai merupakan penjelmaan dari seorang asisten komikus yang tak kunjung dinotis pujaan hatinya ini merebut posisi juara di sub kategori ini.

Prinz Eugen lahir pada 22 Agustus 1938 di Kiel dengan nama samaran 'J', dan resmi bertugas dua tahun setelah kelahirannya. Namanya berasal dari Prince Eugene dari Savoy, seorang jenderal berkebangsaan Austria pada abad ke-18. Awalnya ia diplot untuk menjadi putri kelima untuk heavy cruiser Admiral Hipper-class, namun mendadak ia menjadi anak ketiga sekaligus bungsu dari tiga bersaudari tersebut setelah gagal lahirnya kedua kakaknya dari Bremen: Seydlitz dan Lutzow.

Pada masa-masa awal Perang Dunia 2 di front Eropa, Prinz Eugen bergabung dalam Operation Rheinubung yang dimaksudkan untuk menerobos masuk ke wilayah Samudra Atlantik dengan komando dari battleship Bismarck. Mereka berdua berhasil menghancurkan battlecruiser HMS Hood dan melukai parah battleship HMS Prince of Wales milik Inggris dalam Battle of Denmark Strait. Selama operasi tersebut, Prinz pernah dipisahkan dengan Bismarck untuk menyerang kapal dagang Sekutu. Namun ia gagal karena ada masalah mesin dan membuatnya harus menepi ke Prancis yang telah dikuasai Nazi Jerman untuk diperbaiki.

Pada tanggal 11-13 Februari 1942, Prinz kembali beraksi bersama dua battleship Scharnhorst-class dan para pengawalnya dalam Operation Cerberus, dimana dalam operasi tersebut mereka harus kembali ke Jerman dari wilayah Inggris, dengan menghancurkan blokade armada Inggris menggunakan jalur English Channel. Operasi militer dari Kriegsmarine ini cukup terkenal dalam sejarah perang Eropa karena sulitnya mereka yang harus berkoordinasi saling silang dengan Operation Thunderbolt dari AU Nazi Jerman untuk membawa mereka semua pulang ke Jerman dengan sukses. Setelahnya pada bulan yang sama, Prinz langsung dikirim ke Norwegia dimana beberapa hari setelah penempatannya ia justru rusak parah karena torpedo dari kapal selam Inggris HMS Trident dan harus pulang dan tinggal di Jerman sampai Perang Dunia 2 nyaris mencapai tahap akhirnya.

Pada saat selesai diperbaiki, Prinz berperan sebagai kapal pelatihan para kadet Kriegsmarine yang baru dan terakhir sebagai pemberi tembakan bantuan untuk melindungi tentara AD Jerman yang mundur dari front Eropa Timur. Setelah kejatuhan Nazi Jerman pada Mei 1945, Prinz mengalami perpindahan status sebanyak dua kali yaitu sebagai kapal Inggris dan kemudian sebagai kapal Amerika sebagai hadiah kemenangan perang. Amerika pun kemudian menyertakan Prinz dalam tes nuklir bernama Operation Crossroads di Bikini Atoll.

Setelah dinyatakan bertahan hidup dari ledakan nuklir tersebut, ia bermaksud untuk ditarik sampai ke Kwajalein Atoll namun kemudian badannya mulai miring dan akhirnya tenggelam di situ pada Desember 1946. Sampai sekarang, semua orang masih dapat melihat jasadnya dengan agak jelas dari permukaan laut di posisi dua mil ke barat laut dari Bandara Bucholz Army. Salah satu sekrup baling-balingnya diambil dan disimpan juga untuk dipajang di Laboe Naval Memorial di Jerman.


#2. "MAYA"


Sifat boleh tomboy, dan sikap boleh rada-rada mirip preman tanah abang. Namun, loyalitasnya yang tinggi dikombinasikan dengan proporsi tubuhnya yang 'duh-aduhai-itu-pinggang-atau-gitar-spanyol-neng?' itu, gadis kapal yang satu ini berhasil merebut banyak poin cinta dari para admiral di sini dengan total perolehan 35 suara atau 10,09% dari total suara yang masuk, dan menjadi juara kedua.

Maya lahir dan baru dinamakan pada tanggal 8 November 1930, dan merupakan bagian dari Armada Kedua IJN di Yokosuka membentuk kesatuan "Sentai-4" bersama semua saudarinya. Ia merupakan anak ketiga dari kelas Takao, namun karena waktu penugasannya bersamaan dengan adiknya, Choukai, maka mereka sering disebut sebagai 'saudari kembar tak identik'.

Sebelum masa Perang Dunia 2, Maya sudah terlibat dalam Perang Sino-Japanese II dengan memimpin Divisi Ke-6 IJN dari Nagoya ke China pada Agustus 1937. Dan sebelum masa PD2, Maya mengalami lebih sedikit modifikasi dibanding kedua kakaknya, sehingga nyaris membuatnya dan Choukai bisa disebut sebagai cabang kelas dari Atago dan Takao. Pada masa-masa awal PD2, Maya bersama dengan kedua kakaknya ditempatkan di Distrik Pertahanan Mako untuk persiapan invasi ke Filipina. Namun, sampai 8 Desember 1941, Maya masih tetap berada di Mako sampai akhirnya bergabung dengan Ashigara dan Kuma untuk mengawal pendaratan tentara Jepang di Vigan dan Teluk Lingayen. Maya juga berpartisipasi dalam invasi ke Kepulauan Natuna.

Sepanjang karirnya, Maya sangat sering terlihat dalam beberapa operasi militer dari ujung utara sampai selatan wilayah pasifik. Catatan sejarahnya termasuk yang paling lengkap dari semua heavy cruiser Kekaisaran Jepang yang pernah ada. Secara umum, operasi-operasi militer yang pernah diikutinya sepanjang sejarah adalah Dutch East Indies Campaign, Aleutian Campaign (Battle of the Aleutian Islands, Battle of Komandorski Islands, dan Operation Cottage atau evakuasi tentara Jepang dari Pulau Attu), Guadalcanal Campaign (Battle of Eastern Solomons, Bombing of Henderson Field, dan Battle of Santa Cruz Island), Solomon Islands Campaign (Bombing of Rabaul), Battle of the Philippine Sea, dan Battle of Leyte Gulf.

Pertempuran terakhir Maya terjadi pada saat Battle of Palawan Passage yang merupakan bagian dari Battle of Leyte Gulf. Maya dan semua saudarinya membentuk "Sentai-5" bersama dengan tiga battleship Yamato, Musashi, dan Nagato. Pada tanggal 23 Oktober 1944, mereka disergap oleh beberapa kapal selam Amerika dimana USS Darter berhasil menenggelamkan Atago dan Takao terlebih dahulu, sebelum USS Dace akhirnya juga ikut mengakhiri perjalanan hidup Maya dengan empat torpedo yang membuat 336 kru dan kaptennya bersama-sama menemaninya ke peristirahatan terakhirnya.


#3. "HAGURO"


Di antara anggota keluarganya, ia termasuk yang paling imut, paling waifuable, dan paling dinotis oleh para admiral. Maksud saya, apakah kalian tidak ingin mengubah ketakutan di wajahnya menjadi senyum bahagia dengan setetes air mata yang menggantung di pelupuk matanya karena cintamu yang begitu besar padanya sampai remodel kedua?? Bersyukurlah kalian yang bisa punya gadis kapal selembut itu sebagai waifumu, apalagi dengan total perolehan 26 suara atau 7,49% dari total suara yang masuk Haguro berhasil menempati peringkat ketiga di sub kategori ini.

Haguro lahir dan juga pertama kali dinamakan pada 24 Maret 1928 di Nagasaki, dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudari heavy cruiser Myoko-class. Meskipun catatan sejarah tentangnya tidak begitu lengkap, namun ia dapat dikategorikan sebagai salah satu cruiser yang memiliki catatan karir militer paling signifikan dalam sejarah pertempuran laut IJN, dengan total sembilan pertempuran laut yang besar selama PD2.

Karir pertamanya di masa-masa PD2 berawal di Battle of Java Sea (27 Februari 1942), dimana ia memainkan peran kunci dengan menenggelamkan cruiser Inggris HMS Exeter dan juga cruiser HNLMS De Ruyter yang menjadi flagship ABDACOM dikomandoi oleh Admiral Karel Doorman. Pada suatu konfrontasi di Borneo Selatan, ia juga menenggelamkan satu destroyer Inggris HMS Encounter (1 Maret 1942).

Setelahnya, ia juga ikut dalam Battle of Coral Sea (7 Mei 1942) lalu berpindah ke Battle of Eastern Solomons (24 Agustus 1942) dan mengevakuasi tentara Jepang dari Guadalcanal dalam Operation Ke (Januari 1943). Haguro terkena luka ringan pada Battle of Empress Augusta Bay (2 November 1943), bertahan hidup dari Battle of the Philippine Sea (19 Juni 1944), dan juga hanya menderita luka ringan pada Battle of Leyte Gulf (23-25 Oktober 1944).

Pada 16 Mei 1945, Haguro menjadi target utama "Operation Dukedom" Inggris dan disergap oleh satu armada kecil pada peristiwa Battle of Malacca Strait. Hanya bersama dengan destroyer Kamikaze, Haguro tak dapat bertahan dari bombardir meriam dan torpedo armada Inggris tersebut dan kemudian menemui ajalnya di Selat Malaka. Ini juga menjadi penanda bahwa Haguro adalah pejuang terakhir yang mati dalam pertempuran laut terbuka selama Perang Dunia 2.


#4. "ASHIGARA"


Oke, tidak ada yang bisa dikatakan lebih jauh lagi tentang dirinya selain bahwa dia adalah seorang tante-tante *plak*, seekor serigala jadi-jadian yang kelaparan *plak*, dan juga entah kapan dia akan mendapatkan calon jodohnya yang mungkin mustahil didapatkan *plak*. Dengan total perolehan 21 suara atau 6,05% dari total suara yang masuk, saya beserta segenap admiral lain yang menghargai usahanya untuk bisa jadi waifuable mohon pada siapa pun tolong segera nikahi pemilik juara keempat di sub kategori ini!

Ashigara lahir pada 22 April 1928 di Kobe, dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudari heavy cruiser Myoko-class. Sebelum masa PD2, keempat kapal Myoko-class ditempatkan di Sasebo, Nagasaki untuk membentuk "Sentai-4" dari Armada Ketiga IJN dan berlatih sebagai satu kesatuan unit sepanjang era 1930-an. Saat First Shanghai Incident terjadi pada Februari 1932, Myoko-class yang harusnya mengawal pendaratan tentara Jepang ke China harus diletakkan sebagai 'cadangan' dengan munculnya keempat kapal Takao-class. Selain itu, mereka juga berpindah dari 'Sentai-4' ke 'Sentai-5'.

Yang membedakan karir Ashigara dengan semua kakaknya terletak pada sejarahnya yang ditunjuk sebagai perwakilan misi diplomatik ke Eropa untuk pentahbisan Raja George VI melalui jalur Singapura, Aden, Terusan Suez, dan Malta sebelum akhirnya tiba di Portsmouth pada 10 Mei 1937. Setelah pameran angkatan laut pada 20 Mei-nya, Ashigara dipanggil ke Kiel (Jerman) untuk merayakan hari kemenangan Jerman di PD1 tepatnya pada saat Battle of Jutland dan disambut oleh Adolf Hitler. Kemudian ia kembali ke Jepang melalui jalur Gibraltar, Port Sa'id, dan Colombo. Selain itu, Ashigara juga ambil bagian dalam penyelamatan kapal Amerika SS President Hoover yang mengalami kecelakaan akibat badai laut dan juga mengawal proses penjemputan para awak kapalnya oleh dua destroyer Amerika di wilayah perairan Jepang sampai akhir.

Ketika Perang Sino-Japanese II meletus, Ashigara menjadi flagship untuk "Sentai-5" dan memimpin konvoi tentara ekspedisi Jepang ke China pada 21 Agustus 1937. Beberapa bulan sebelum meletusnya Perang Dunia 2 di front Pasifik, Ashigara juga membantu operasi penaklukan Saigon. Pada saat permulaan masa penyerangan ke Pearl Harbor, ia bersama dengan Maya dan Kuma ditempatkan di Distrik Pertahanan Mako untuk membantu operasi invasi ke Luzon, Filipina. Dan pada saat permulaan invasi ke wilayah Hindia Belanda, Ashigara juga membantu penaklukan Balikpapan dan Makasar. Ashigara juga membantu Haguro dalam menenggelamkan HMS Exeter dan HMS Encounter pada peristiwa Battle of the Java Sea.

Setelah kesuksesan invasi ke wilayah Hindia Belanda, Ashigara menjadi flagship Armada Ekspedisi Timur Kedua dan memimpin operasi invasi ke Pulau Natal. Setelahnya ia banyak beroperasi di wilayah Makasar dan juga Surabaya sebagai basis transportasi tentara ke seluruh wilayah Hindia Belanda. Sepanjang tahun 1942 dan 1943, ia tidak banyak terlibat di pertempuran apapun kecuali berpatroli saja dan dipindahkan ke Armada IJN Kelima, sampai pada saat Battle of Leyte Gulf (25 Oktober 1944) dimana ia terlambat datang menyelamatkan battleship Yamashiro dan hanya berhasil membawa pulang destroyer Shigure kembali ke Palawan dan Brunei.

Akhir hidupnya bermula ketika ia dan destroyer Kamikaze sedang melakukan transportasi 1.600 tentara dari Batavia ke Singapura pada 8 Juni 1945. Di Selat Bangka, mereka berdua dikepung oleh tiga kapal selam Sekutu yang menembakkan delapan torpedo dan lima diantaranya mengenai Ashigara. Setelah itu menyusul tambahan dua torpedo mengenai tubuhnya dan menewaskan Ashigara seketika itu juga. Sebanyak 1.200 tentara dan 100 kru ikut tenggelam bersamanya sementara Kamikaze menyelamatkan 400 tentara dan 800 kru termasuk kaptennya.


#5. "CHOUKAI" & "TONE"

Choukai
Katanya sih, cewek yang memakai kacamata itu identik dengan otak encer dan jenius dalam hal-hal bersifat strategis. Jika kita punya Kirishima di lini battleship, maka kita punya Choukai di lini heavy cruiser! Dengan total perolehan 19 suara atau 5,48% dari total suara yang masuk, si bungsu dari keluarga Takao yang tak kalah menggoda kecantikan dalamnya ini berhasil menempati peringkat kelima. Bersama-sama dengannya di peringkat ini, juga ada Tone si kanmusu no-pan pemilik suara yang seperti nenek-nenek kurang minum air dan sering dipertanyakan karismanya sebagai kakak sulung keluarga Tone yang lebih sering ngajak rusuh ketimbang adiknya.

Choukai lahir pada 5 April 1931 di Nagasaki, dan merupakan anak terakhir dari empat bersaudari Takao-class. Ia dibangun dengan beberapa doktrin khusus yang berbeda dari ketiga kakaknya oleh IJN, yaitu ia didesain untuk dapat berpartisipasi dalam 'pertempuran besar yang menentukan'. Pada masa permulaan perang Pasifik, ia berpartisipasi dalam operasi invasi Malaya untuk mengejar sisa-sisa battleship Kerajaan Inggris 'Force Z'. Dan dari awal sampai pertengahan tahun 1942, ia berpartisipasi dalam invasi Hindia Belanda dengan terlibat dalam penaklukan Borneo, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan menjauh sampai ke Port Blair dan Operation C (bagian kecil dari Indian Ocean Raid).

Setelahnya, Choukai juga ikut berperan penting dalam Guadalcanal Campaign, dimana ia bersama dengan Armada Mikawa berhasil memperoleh kemenangan gemilang berkat strategi iluminasi pertempuran malamnya yang menenggelamkan empat heavy cruiser sekutu pada Battle of Savo Island. Sepanjang Solomon Campaign pun, Choukai terus aktif di garis depan pertempuran malam dengan hanya mengalami kerusakan ringan di sebagian besar pertempurannya. Ia pun juga berhasil bertahan hidup dari Battle of the Philippine Sea dan merupakan satu-satunya kapal yang tak terluka sama sekali di Divisi Cruiser 4.

Sayangnya, hidupnya berakhir pada 25 Oktober 1944, tepatnya pada Battle of Samar yang merupakan bagian dari Battle of Leyte Gulf. Meskipun tembakan meriam dari Aircraft Carrier Amerika USS White Plains tidak dapat menembus lambungnya, api yang ditimbulkannya memantik dan meledakkan amunisi torpedo Long Lance-nya yang penuh dengan oksigen. Alhasil, Choukai tidak dapat berkutik lagi ketika torpedonya meledak sendiri dan harus dibantu kematiannya oleh destroyer Fujinami yang beberapa saat kemudian juga ikut menyusul kematian Choukai. Ia sendiri merupakan salah satu kapal terbesar yang tenggelam bersama dengan semua krunya sepanjang sejarah PD2. Selain itu, tempat peristirahatan terakhirnya merupakan dataran laut yang terdalam di dunia, yaitu sekitar 8,1 km dari atas permukaan laut.


Tone
Sementara itu, Tone yang merupakan kakak sulung dari keluarga Tone-class lahir pada 20 November 1983 di Nagasaki. Ia dan adiknya, Chikuma, diciptakan oleh IJN untuk menjadi pengganti 'mata' dari para Aircraft Carrier yang perannya pada Perang Dunia 2 dialihkan sehingga lebih berorientasi ke penyerangan murni. Awalnya mereka berdua direncanakan untuk menjadi bagian dari Mogami-class kelima dan keenam. Namun, sejak ditemukannya kelemahan fatal desain Mogami-class pada Fourth Fleet Incident (1935) dan karena Jepang sudah tidak perlu lagi mengikuti kesepakatan London Naval Treaty, maka dimulailah pembuatan kelas baru yang dinamakan Tone-class.

Sepanjang sejarah PD2, Tone sangat sering dikirim bersama-sama dengan Chikuma dalam beberapa operasi yang membutuhkan jasa 'mata-mata terbang'-nya. Penyerangan ke Pearl Harbor, invasi ke Pulau Wake, dan penyerbuan Port Darwin merupakan karir militernya bersama Chikuma untuk pertama kalinya dan kesuksesan ketiga operasi ini sangat bergantung pada pesawat mata-mata mereka. Tone juga sempat ambil bagian dalam bagian akhir Battle of Java Sea, yaitu pada saat penyerbuan kota Cilacap yang akhirnya membuat Belanda menyerah (dan tak bisa melarikan Bung Karno ke Australia karena cegatan Kaga dan Tone). 

Tone juga merupakan salah satu bagian dari armada besar dalam Indian Ocean Raid pada 5 April 1942 yang melibatkan 315 pesawat untuk menyerbu pangkalan Inggris di Colombo. Setelahnya, ia juga turut serta dalam Battle of Midway dimana informasi mata-mata dari pesawatnya yang terlambat sampai ke telinga Admiral Nagumo akibat terlalu berbelit-belitnya sistem birokrasi internal armada, menjadi awal kehancuran kekuatan udara Kekausaran Jepang di PD2 setelah musnahnya keempat kapal induk utama IJN di pertempuran tersebut.

Setelah insiden tersebut, Tone juga ikut dalam Aleutian Campaign di utara lalu beralih lagi ke selatan untuk Battle of Eastern Solomons dan Battle of Santa Cruz Islands yang menjadi bagian saling-silang dari Solomon Campaign dan Guadalcanal Campaign. Setelahnya Tone bersama-sama dengan Suzuya dan Kumano bergabung membentuk Divisi Cruiser 7 dibawah komando utama Admiral Madya Shoji Nishimura.

Pada masa-masa ini, terdapat sejarah kelam dari Tone dimana kapten kapalnya, Haruo Mayazumi, dan kapten kapal heavy cruiser Aoba, Admiral Naomasa Sakonju, melakukan tindak kriminal perang dengan membunuhi 76 tawanan perang Sekutu di laut Batavia pada serangkaian operasi Japanese Indian Ocean Raid (1944). Setelah perang usai, kelak Naomasa Sakonju akan dijatuhi hukuman mati dan Mayazumi hanya dijatuhi hukuman penjara tujuh tahun.

Dua pertempuran terakhir Tone terjadi pada masa Battle of the Philippine Sea dimana terjadi insiden "Great Marianas Turkey Shoot", dan Battle of Leyte Gulf sebagai bagian dari Pasukan Penyerbu Pertama milik Armada Kurita (Center Force). Sementara semua cruiser yang sepantaran dengannya dan adiknya satu per satu berguguran, Tone berhasil melalui tiga pertempuran tersebut dengan selamat: Battle of Palawan Passage, Battle of the Shibuyan Sea, dan Battle of Samar.

Masa-masa akhir hidup Tone sepanjang tahun 1945 dihabiskannya dengan menjadi kapal latihan, dan ia pun menemui ajalnya pada 24 Juli 1945 di peristiwa pemboman pangkalan Kure oleh Sekutu. Pada saat itu Tone hanya mampu berperan sebagai 'benteng mengapung' yang bergantung pada AAA-nya saja, dan tenggelam karena terkena bom dari pesawat-pesawat milik USS Wasp, Bataan, dan Ticonderoga. Dua sampai tiga tahun setelah PD2 berakhir, jasadnya diangkat kembali ke permukaan untuk dibesituakan.


#6. "FURUTAKA"


"Mata indah bohlam listrik~ Masihkah kau kosong~?" Penggalan parodi lirik dari salah satu lagu ciptaan musisi Indonesia bernama Iwan Fals ini, memang cocok untuk menggambarkan pesona kecantikan misterius gadis kapal ini yang tercermin di bola mata kirinya, yang sepertinya bisa menggantikan peran tikus listrik di anime sebelah sebagai PLN berjalan. Dengan total perolehan 18 suara atau 5,19% dari total suara yang masuk, gadis kapal yang rendah hati dan selalu murah senyum ini menempati peringkat enam di sub kategori ini.

Furutaka lahir pada 25 Februari 1925 di Nagasaki, dan merupakan kakak dari Kako sebagai bagian dari Furutaka-class. Namun, peresmian kelahiran mereka berdua terlambat tujuh sampai delapan tahun kemudian karena belum dipasangnya hangar pesawat laut di badan mereka. Kelas ini sendiri merupakan heavy cruiser berkecepatan tinggi generasi pertama milik IJN dengan menggabungkan dasar desain eksperimental milik light cruiser Yuubari dan blueprint desain serta bahan material yang awalnya akan digunakan untuk membuat kapal keempat dan kelima light cruiser Sendai-class. Oleh karenanya, mereka berdua sering disebut sebagai 'saudari jauh tiga bersaudari Sendai-class'.

Pada masa penyerangan ke Pearl Harbor, Furutaka membentuk Divisi Cruiser 6 bersama dengan Aoba, Kako, dan Kinugasa serta melakukan invasi ke Guam. Sepanjang awal tahun 1942, mereka berempat ditugaskan untuk membantu pendaratan tentara Jepang di Rabaul, New Britain, dan Kaveing serta berpatroli ke arah Kepulauan Marshall. Selain itu mereka membantu Divisi Cruiser 6 untuk membantu pendaratan tentara Jepang dari Rabaul ke Kepulauan Solomon dan Papua Nugini.

Sepanjang sejarah PD2, Furutaka hanya sempat berpartisipasi dalam tiga perang laut. Pertama, pada saat Battle of the Coral Sea, dimana ia dan Kinugasa mengawal Aircraft Carrier Shoukaku kembali ke Truk setelah terluka akibat konfrontasi melawan USS Yorktown dan USS Lexington yang menyebabkan Light Aircraft Carrier Shouhou gugur. Kedua, pada saat Battle of Savo Island dan sebagai bagian dari Armada Mikawa, dimana ia juga menjadi saksi kehebatan strategi iluminasi pertempuran malam dari Choukai dan memimpin kemenangan IJN di area tersebut.

Pertempuran ketiganya, yaitu pada Battle of Cape Esperance, merupakan pertempuran terakhirnya sekaligus merupakan bukti bahwa salah satu alasan kekalahan Jepang di PD2 adalah inferiornya perlengkapan perang seperti Radar dibandingkan dengan Sekutu. Setelah pihak Amerika berhasil membuat pihak Jepang berada dalam kondisi "T-cross Disadvantage", mereka mulai membombardir Aoba dengan meriam sampai rusak sangat parah dan memaksa Furutaka mengambil alih posisi flagship dan untuk berhadapan dengan USS Salt Lake City. Sekitar 90 peluru meriam mengenai tubuh Furutaka dan diantaranya memantik percikan api dari torpedo "Long Lance"-nya. Akhirnya Furutaka tenggelam pada tanggal 12 Oktober 1942 dini hari akibat ledakan torpedo tersebut.


#7. "KAKO" & "SUZUYA"

Kako

Ia memang suka ngantukan, apalagi kalau sudah pulang dari misi yang para admiral berikan, pasti dia akan langsung minta izin tidur (bahkan sudah tidur meski izin belum keluar, ajegile...). Tapi kalau sudah berpasangan dengan kakaknya, jangan tanyakan prestasi yang bisa dibuatnya. Salah-salah MVP bisa nyasar terus kepadanya. Dengan total perolehan 17 suara atau 4,9% dari total suara yang masuk, ia berhasil menyusul prestasi Furutaka di peringkat tujuh bersama-sama dengan gadis kapal yang ngakunya paling gaul dan hobinya suka menggoda 'adek kecil' para admiral di sini (baca: Suzuya).

Lahir pada 4 April 1925 di Kobe, Kako merupakan adik dari Furutaka yang menjadi bagian dari Furutaka-class milik IJN. Berbeda dari kakaknya yang memulai karirnya baru ketika perang Pasifik pecah, Kako sudah mulai aktif pada masa-masa konfrontasi Jepang dengan China meskipun hanya melakukan latihan-latihan manuver dan operasi militer minor di perairan China. Namun setelahnya, ia dan Furutaka ditetapkan sebagai kapal cadangan dan harus standby di Jepang sampai PD2 dimulai.

Sejarah militer pada masa PD2 yang dimilikinya sangat identik dengan Furutaka, karena mereka berdua sama-sama tergabung dalam Divisi Cruiser 6 dan misinya pun sama semua, termasuk juga ketika bergabung dalam Armada Mikawa. Perbedaannya hanyalah bahwa Kako sebulan lebih cepat meninggalkan medan perang selamanya dibandingkan Furutaka, karena sebuah insiden torpedo kapal selam Amerika yang diakibatkan oleh lengahnya pengawasan yang diperintahkan oleh Admiral Madya Aritomo Goto di cruiser Aoba, pada saat akan melanjutkan perjalanan ke Kaveing sehari setelah kemenangan di Battle of Savo Island. Kako tenggelam pada tanggal 10 Agustus 1942.

Suzuya
Sementara itu, Suzuya yang lahir pada 20 November 1934 di Yokosuka merupakan anak ketiga dari keluarga Mogami-class. Pada saat peluncurannya, Kaisar Hirohito secara langsung menjadi saksinya. Meskipun penyempurnaan pembangunannya selesai pada tahun 1936, Suzuya harus 'mondok' lagi selama setahun (plus bonus 2 tahun lagi karena harus mengantri) untuk mendapatkan remodeling dan modifikasi berat badan dan persenjataannya. Alasan dari remodeling tersebut berdasarkan hasil dari percobaan yang dilakukan pada Mogami untuk menemukan kelemahannya dan kemudian mengaplikasikan solusinya pada Suzuya dan Kumano (membuat desain akhir mereka berdua jadi berbeda dari Mogami dan Mikuma, serta dapat juga dianggap sebagai sub-class yang terpisah dari Mogami-class yaitu Suzuya-class).

Baru pada tahun 1939, Suzuya resmi dapat mulai bertugas dan bergabung bersama ketiga saudarinya membentuk Divisi Cruiser 7 yang menjadi bagian dari Armada Kedua IJN. Menjelang dimulainya perang Pasifik, Suzuya sempat berpartisipasi dalam aksi tembakan peringatan menyusul Battle of Ko Chang, bagian dari Perang Franco-Thai, yang merembet sampai wilayah perairan Jepang. Selain itu, ia juga ikut dalam operasi pendudukan ke Indochina Prancis (sekarang sudah tergabung menjadi negara Vietnam).

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor dimulai, Suzuya yang tergabung dalam Armada Ekspedisi Selatan Pertama di bawah komando Wakil Admiral Jisaburo Ozawa berpartisipasi dalam invasi Malaya dan juga pengejaran 'Force Z' yang berakhir dengan kegagalan pencarian dari pihak armada tersebut. Kemudian Suzuya dan Kumano berturut-turut ditugaskan untuk menginvasi Sarawak, Anambas, Endau, Palembang, dan Pulau Bangka di Jawa dan sepanjang Sumatra dalam serangkaian operasi Dutch East Indies Campaign.

Sebelum dimulainya Indian Ocean Raid, Suzuya juga berperan penting dalam pendudukan di Kepulauan Andaman. Sementara di operasi tersebut, Suzuya ambil bagian dalam operasi minor untuk menghancurkan armada transportasi Inggris di wilayah utara Teluk Bengal. Kemudian Suzuya bergerak dari wilayah barat ke timur kekuasaan Kekaisaran Jepang, menyusul kekalahan Jepang di Battle of Midway dimana Suzuya melakukan kesalahan dengan tidak menyadari dan melaporkan pergerakan Mikuma yang akan menabrak Mogami dan menyebabkan kedua kakaknya rusak parah.

Suzuya setelahnya banyak terlibat di wilayah Pasifik dan Solomon seperti pada Battle of Eastern Solomons dan Battle of Santa Cruz, dimana Suzuya tidak terlibat secara langsung karena pertempuran yang sifatnya sangat jarak jauh sekali. Ia baru terlibat pertempuran aktif pada Battle of Kolombangara, Battle of Empress Augusta Bay, Battle of the Philippine Sea, dan Battle of Leyte Gulf. Tepatnya pada Battle of Samar (25 Oktober 1944), Suzuya mengakhiri perjalanan hidupnya setelah berulang kali menerima gelombang serangan total 40 pesawat pembom Avenger. Walau pun tak ada satu pun yang mengenai tubuhnya dengan telak, satu bom yang luput dari sasaran justru memantik salah satu torpedo "Long Lance"-nya dan meledak serta memaksa semua krunya meninggalkan Suzuya yang tenggelam perlahan-lahan di situ.


#8. "MYOKO"


Tidak munculnya dirinya di versi anime tetap tidak dapat menghalanginya bisa meraih salah satu posisi di BIG-10 sub kategori ini. Dengan total perolehan 16 suara atau 4,61% dari total suara yang masuk, gadis kapal yang memiliki aura top lady yang sebenar-benarnya serta memiliki model rambut serupa dengan pembawa pedang tak kasat mata di game sebelah ini harus puas barada di posisi delapan di bawah kedua adik termudanya.

Myoko lahir pada di dan merupakan kakak sulung dari empat bersaudari Myoko-class. Bersama dengan adik-adiknya, ia membentuk "Sentai-4" yang menjadi bagian dari Armada Ketiga IJN yang bermarkas di Sasebo dan berlatih sebagai satu unit sepanjang dekade 1930-an. Saat First Shanghai Incident terjadi pada Februari 1932, Myoko-class yang harusnya mengawal pendaratan tentara Jepang ke China harus diletakkan sebagai 'cadangan' dengan munculnya keempat kapal Takao-class. Selain itu, mereka juga berpindah dari 'Sentai-4' ke 'Sentai-5'. Ketika Perang Sino-Japanese II meletus, Myoko menjadi flagship untuk "Sentai-9" dan berpartisipasi dalam Amoy Operation (10-12 Mei 1938) juga pada Hainan Island Operation (Februari 1939).

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor, Myoko dan Nachi membentuk 'Sentai-5' dan terlibat dalam Operation M, yaitu invasi ke wilayah selatan Filipina. Setelahnya, Myoko bersama dengan Nachi dan Haguro terlibat dalam penutupan Battle of the Java Sea tepatnya pada saat operasi pembersihan sisa-sisa unit tempur Sekutu di Hindia Belanda. Myoko membantu Haguro menenggelamkan HMS Exeter dan melukai parah HMS Encounter yang nantinya harus dijagal oleh rekannya sendiri. Setelahnya Myoko juga berpartisipasi dalam Battle of Coral Sea dan Battle of Midway.

Pada masa Solomon Islands Campaign, Myoko ikut dalam operasi transportasi dan pasokan logistik tentara Jepang ke area Guadalcanal. Lalu bersama dengan Maya, ia ikut membombardir Lapangan Udara Henderson. Operasinya di wilayah itu berakhir dengan evakuasi semua tentara di wilayah Guadalcanal kembali ke Jepang. Myoko juga diperbantukan dalam Aleutian Campaign, tepatnya juga untuk proses evakuasi tentara Jepang di wilayah itu. Beberapa pertempuran besar yang membuat Myoko ikut ambil bagian setelahnya antara lain: Battle of Empress Augusta Bay, Battle of the Philippine Sea dan Battle of Leyte Gulf.

Myoko menjadi bagian dari Armada Kurita (Center Force) dimana ia harus keluar dari medan pertempuran setelah terluka parah karena terkena torpedo pada saat Battle of Shibuyan Sea yang menewaskan battleship Musashi. Ia pun kembali ke Singapura untuk mendapatan perbaikan darurat, lalu berencana untuk kembali ke Jepang agar perbaikannya lebih sempurna. Namun, di tengah jalan ia kembali terkena satu torpedo dari USS Bergall dan membuatnya harus dibantu destroyer Ushio (yang menghalau mundur kapal selam tersebut) untuk kembali ke Singapura.

Pada Februari 1945, kepala pangkalan Singapura menyatakan bahwa Myoko bersama dengan Takao tidak bisa diperbaiki karena keterbatasan material di sana. Praktis ini membuat mereka berdua harus menghabiskan sisa hidupnya sampai PD2 berakhir sebagai benteng mengapung AAA. Pada tanggal 21 September 1945, Myoko resmi diserahkan kepada AL Inggris dan dibawa ke Selat Malaka untuk dieksekusi mati disana bersama-sama dengan Takao juga.


#9. "MOGAMI"


Masih tidak bisa dipastikan apakah mahluk(?) yang satu ini benar-benar seorang gadis kapal, atau laki-laki yang menyamar agar bisa masuk suasana harem yang penuh dengan ratusan gadis kapal di sekelilingnya. Tapi nampaknya ada para admiral yang suka dengan penampilan boyish-nya dan mengklaim dengan sepenuh hati (baik dengan atau pun tanpa bukti) bahwa ia adalah gadis tulen, dan dibuktikan dengan total perolehan 15 suara atau 4,32% dari total suara yang masuk yang membuatnya mampu menyelamatkan posisi sembilan di sub kategori ini.

Mogami lahir pada 14 Maret 1934 di Kure, Hiroshima, dan selesai dibangun pada 28 Juli 1935. Ia merupakan anak pertama dari keluarga Mogami-class yang merupakan penerus dari keempat cruiser Takao-class dan juga pendahulu dari kedua cruiser Tone-class. Ia memulai karir militernya beberapa bulan sebelum PD2 dimulai, dimana ia berpartisipasi dalam pendudukan Indochina Prancis bersama-sama dengan Suzuya.

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor, ia dimasukkan ke dalam Divisi Cruiser 7 dibawah komando Wakil Admiral Ozawa untuk menginvasi Malaya. Bersama dengan Mikuma, ia juga membantu misi invasi ke Sarawak dan mengawal pendaratan tentara Jepang di Kuching, Jawa, Borneo, dan Sumatra sampai dengan Januari 1942. Kemudian disusul oleh peristiwa Battle of Sunda Strait, pendudukan Kepulauan Andaman di utara Aceh, serta Indian Ocean Raid (sebagai bagian dari grup selatan)

Pada Battle of Midway, Mogami beserta ketiga adik-adiknya terlibat dalam sebuah skema kecelakaan tabrakan tak disengaja yang membuat keduanya rusak parah ketika melakukan manuver penghindaran dari pesawat pembom Amerika secara grup. Setelah diperbaiki di Truk, Divisi Cruiser 7 ditempatkan dibawah komando Admiral Madya Shoji Nishimura dan divisi tersebut ditransfer ke Armada Ketiga IJN.

Nishimura kemudian memerintahkan agar Mogami kembali ke Jepang dan diremodel menjadi Aviation Cruiser untuk membantu tugas Tone dan Chikuma menjadi 'mata' bagi para Aircraft Carrier yang masih tersisa. Remodel tersebut memakan waktu hampir setahun, dimana setelah itu Mogami kembali terjun ke front Kepulauan Solomon hanya untuk kembali ke Jepang lagi di akhir tahun 1943 untuk diperbaiki. Di peristiwa Great Marianas Turkey Shoot pun, Mogami kembali terluka karena serangan pesawat torpedo bomber Avenger dan memaksanya mundur dari pertempuran. Setelah kembali diperbaiki dan dimodernisasi di Jepang, ia ditempatkan di Asia Tenggara untuk berpatroli di sekitar Brunei dan Singapura.

Pertempuran terakhinya terjadi pada Battle of Leyte Gulf, tepatnya pada front Battle of Surigao Strait dimana Armada Nishimura terkena perangkap armada Sekutu saat akan memasuki Selat Surigao malam harinya. Setelah berturut-turut menyaksikan tenggelamnya battleship Fusou dan Yamashiro, kemudian disusul oleh destroyer Yamagumo dan Michishio, Mogami memerintahkan destroyer Shigure dan Asagumo untuk segera mundur dari medan pertempuran. Namun, nasib sial sepertinya tidak begitu jauh dari Mogami karena ia bertabrakan dengan Nachi (yang dikirim bersama dengan Ashigara untuk menyelamatkan Yamashiro, dan terlambat) dan menyebabkan mesin depannya berhenti bekerja. Lalu datanglah 17 pesawat torpedo bomber Avenger, dan menyerang Mogami yang sudah tak bisa bergerak lagi dan menjadi sasaran empuk.

Mogami tenggelam di sana pada tanggal 25 Oktober siang harinya setelah dibantu oleh destroyer Akebono untuk mengakhiri hidupnya.


#10. "ATAGO" & "TAKAO"

Atago
Takao

"Panpakapaaa~~~n!!" Bergembiralah wahai kalian para admiral penggemar dua gadis kapal ini! Karena meskipun tanpa ada faktor Kai Ni yang bisa membuat mereka makin OP, nyata-nyatanya cinta dari para admiral (yang mungkin saja merupakan anggota fraksi partai pendukung pl0x) masih dapat menyokong popularitas mereka di posisi juru kunci BIG-10 dengan total perolehan 14 suara atau 4,03% dari total suara yang masuk.

Takao lahir pada tanggal 12 Mei 1930 di Yokosuka, sedangkan Atago lahir pada 16 Juni 1930 di Kure, Hiroshima. Meskipun Takao didaulat sebagai lead ship dan kakak tertua di keluarga ini, kenyataannya Atago selesai dibangun sehari lebih cepat daripada Takao. Semua kapal Takao-class pada awalnya membentuk 'Sentai-4' yang merupakan bagian dari Armada Kedua IJN, dan berlatih sebagai satu kesatuan unit bersama-sama selama dekade 1930-an.

Sebelum dimulainya Perang Dunia 2, Atago tercatat pernah membawa Kaisar Hirohito berlayar menggunakan dirinya dari Kobe ke Etajima, dan kembali lagi ke daratan utama. Kaisar sendiri juga ikut memberikan kesannya tentang Atago pada Naval Review di Kobe tersebut. Pada masa-masa ini, permasalahan stabilitas Takao-class akibat desainnya yang terlalu top-heavy muncul ke permukaan. Alhasil, desain anjungan Atago dan Takao harus diperkecil dan harus ditambah bulge juga untuk menambah keseimbangan mereka.

Pada masa awal penyerangan ke Pearl Harbor, mereka berdua dan adik-adiknya ditugaskan untuk melakukan invasi ke Malaya dan ke Luzon, Filipina. Menyusul keberhasilan invasi ke Hindia Belanda dengan pertempuran di Laut Surabaya dimana Atago ikut ambil bagian di pertempuran tersebut, Takao kemudian bertugas untuk membersihkan sisa-sisa kapal Belanda yang akan kabur dari wilayah itu. Kemudian, mereka berdua bersama dengan Maya, serta destroyer Arashi dan Nowaki, menutup serangkaian Battle of the Java Sea dengan menyerang konvoi kapal AL Inggris dari Cilacap.

Pada tanggal 2 Mei 1942, Takao berhasil menyelamatkan 471 kru Mizuho yang tenggelam di Omaezaki. Kemudian ia bersama dengan Maya ikut dalam invasi Kepulauan Aleutian, sementara Atago berpisah untuk sementara karena ikut dalam Battle of Midway (Operation AL/MI). Pada 11 Agustus 1942, keempat Takao-class kembali bergabung dalam serangkaian operasi Guadalcanal Campaign dan ditempatkan di pangkalan Pulau Truk.

Takao, Atago, dan Maya bersama-sama ikut serta pada peristiwa Battle of Eastern Solomons, Battle of Santa Cruz Islands, Second Naval Battle of Guadalcanal, evakuasi dari Guadalcanal, merespon Gilbert Islands Raid dari Amerika, Attack on Rabaul, Battle of the Philippine Sea, dan Battle of Leyte Gulf dimana Choukai akhirnya juga bisa bersama-sama lagi dengan kakak-kakaknya dalam satu armada utama. Keluarga ini nyaris kompak sama-sama menemui ajalnya di Battle of Palawan Passage yang merupakan bagian dari Battle of Leyte Gulf, dimana Atago dan Maya tewas di pertempuran ini. Sementara itu si adik bungsu masih bertahan sampai dua pertempuran lagi, namun harus menyerah pada takdir di Battle of Samar.

Takao sendiri terluka sangat parah dan harus mundur dari pertempuran itu sampai ke Singapura. Disana ia menemui nasibnya kembali mirip dengan Myoko, dimana ia tidak bisa diperbaiki karena kurangnya material untuk memperbaikinya. Maka ia dan Myoko harus menghabiskan sisa hidupnya sampai akhir PD2 sebagai benteng mengapung AAA dan juga bersama-sama dieksekusi mati di Selat Malaka oleh AL Inggris.


*) Urutan setelah BIG-10 ini adalah sebagai berikut:

#11. Chikuma (13 suara atau 3,75% dari total suara yang masuk)
#12. Kinugasa & Kumano (masing-masing 12 suara atau 3,46% dari total suara yang masuk)
#13. Nachi (9 suara atau 2,59% dari total suara yang masuk)
#14. Aoba (6 suara atau 1,73% dari total suara yang masuk)
#15. Mikuma (1 suara atau 0,29% dari total suara yang masuk)

 --------------------------------------------------------------------------------------------

Nantikan juga hasil survei yang lainnya ya~!
Stay tuned~! ^_^

No comments:

Post a Comment