Friday 8 January 2016

Hasil Survei Popularitas Kanmusu (Per Fall 2015) - Kategori "Battleship"


Postingan kali ini akan mengumumkan hasil survei untuk kategori Battleship. Pada kategori ini, terdapat dua pertanyaan dimana pada pertanyaan pertama partisipan berhak memilih hingga tiga KELAS BATTLESHIP yang tersedia, dan pada pertanyaan kedua partisipan hanya bisa menyebutkan satu NAMA BATTLESHIP saja untuk masing-masing kelas yang dipilih di pertanyaan sebelumnya. Tanpa berpanjang kata lagi berikut adalah hasil survei popularitas para kanmusu yang ada di kategori ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------
KATEGORI KELAS 
BATTLESHIP TERFAVORIT

#1. "KONGOU-CLASS"


Kemenangan yang sudah diperkirakan, lagi-lagi inilah yang terjadi pada hasil survei popularitas kanmusu untuk kategori battleship ini. Dengan total perolehan 211 suara atau 63,7% dari total suara yang masuk, keempat gadis kapal yang masing-masing memiliki kepribadian unik dan pastinya bikin kangen semua admiral yang sedang menggalau jones di malam minggu ini menjadi jawara untuk sub kategori "Kelas Battleship Terfavorit".

Kongou-class pada awalnya merupakan empat serangkai battlecruiser yang dibangun Jepang sesaat sebelum dimulainya Perang Dunia 1, dimana Kongou menjadi kapal perang Jepang terakhir yang dibangun di luar Jepang. Hiei, Kirishima, dan Haruna dibangun di Jepang dan mereka berempat mengalami remodeling sebanyak dua kali menjadi battleship dan terakhir diklasifikasikan menjadi fast battleship. Mereka berempat merupakan capital ship Jepang yang paling aktif berperang sepanjang sejarah Perang Dunia 2.

Pada saat kelahiran mereka berempat selesai, mereka dianggap sebagai battlecruiser modern pertama milik Jepang sekaligus battlecruiser dengan desain paling sempurna. Seorang ahli sejarah menyebutkan bahwa mereka mengungguli semua jenis capital ship yang ada di dunia pada saat itu, dan saking sempurnanya pembangunan battlecruiser HMS Tiger milik Inggris langsung dihentikan separuh jalan agar desain dari keempat Kongou-class bisa ditambahkan padanya.

Status fast battleship yang mereka miliki dalam sistem game Kantai Collection juga sepertinya sangat membantu mereka dalam meraih popularitas di mata para admiral; bukan hanya karena faktor looks dan personality melainkan juga faktor kegunaan di berbagai peta yang harus dilalui para admiral. Dan sepertinya para pembaca cukup bisa diyakinkan bahwa sebagian besar admiral pasti menjadikan salah satu dari Kongou-class sebagai waifu utamanya dan dinikahi paling pertama kali.

Setuju atau setuju?!


#2. "BISMARCK-CLASS"


Dia dianggap sebagai sebuah mahakarya yang penuh keagungan oleh Papa Hitler. Namun sayang, semua keindahan yang 'out of the world' sering bersanding dengan nyawa yang serupa dengan kembang api di langit musim panas; begitu terang namun begitu cepat menghilang. Dengan total perolehan 106 suara atau 32% dari total suara yang masuk, salah satu gadis kapal Aryan Master Race yang sering membuat para admiral mindbreak karena tak kunjung-kunjung muncul dari hasil LSC-nya ini menduduki peringkat kedua untuk sub kategori ini.

Bismarck-class merujuk pada sepasang battleship Kriegsmarine milik Nazi Jerman, yaitu Bismarck dan Tirpitz, yang selesai dibangun tepat menjelang dimulainya Perang Dunia 2 di front Eropa. Meskipun mereka berdua adalah salah satu kebanggan Nazi Jerman karena merupakan dua kapal perang terbesar milik Kriegsmarine, karir militer mereka berdua terbilang pendek.

Bismarck hanya sekali menjalankan operasi militer--Operation Rheinubung--dimana ia menghancurkan battlecruiser HMS Hood dan merusak battleship Prince of Wales milik AL Inggris di Battle of Denmark Strait. Namun, setelah tiga hari dikejar-kejar oleh Inggris, Bismarck akhirnya karam. Sementara Tirpitz menghabiskan hampir seluruh umur karir militernya sebagai "fleet in being" (strategi dimana kapal tertentu dapat meluaskan pengaruhnya tanpa harus berlabuh dari pelabuhannya), dan membuat AL Inggris terus menerus menambah armada kapal terkuatnya untuk mempertahankan Konvoi Artik-nya sebelum akhirnya juga tenggelam karena serangan gabungan AL & AU Inggris.

Di game Kantai Collection sendiri hanya Bismarck yang baru muncul, sedangkan sang adik masih menjadi sebuah rumor yang dinanti-nanti kedatangannya oleh para admiral. Bagaimana pun juga, kalau berbicara tentang shipfu idaman rasa bule Eropa maka Bismarck lah yang jadi jawabannya, bukan?


#3. "FUSOU-CLASS"


Meskipun langit hari ini berwarna biru dan cerah, kenapa identitas kesialan masih saja melekat pada kedua gadis kapal 'Yamato Nadeshiko' ini? Sebagai salah satu pencinta 'si adek' dari kelas battleship yang satu ini, blogger bisa memahami perasaan sesama admiral yang ingin menunjukkan bahwa kesialan tidak akan dapat menahan cinta mereka yang begitu dalam pada dua gadis ras unggul lokal ini. Dengan total perolehan 80 suara atau 24,2% dari total suara yang masuk, Fusou-class berhasil mengamankan ranking ketiga untuk survei pada sub kategori ini.

Fusou-class merujuk pada sosok sepasang dreadnought battleship yang dibangun oleh Jepang pada masa Perang Dunia 1 berlangsung, dan menjadi perlambang dari beberapa idealisme militer Jepang. Pada awal perencanaannya, Fusou didesain untuk bisa bekerja sama dengan keempat Kongou-sisters dalam berbagai pertempuran dan masih berstatus sebagai battleship biasa. Namun, lahirnya HMS Invincible milik Inggris serta keberadaan dua dreadnought battleship New York-class milik Amerika, level tantangan yang harus dihadapi oleh Jepang semakin tinggi. Jepang akhirnya memutuskan untuk membuat dua dreadnought battleship yang khusus untuk menandingi kepunyaan Amerika: Fusou dan Yamashiro.

Keberhasilan desain yang dimiliki mereka berdua pada saat itu, membuat mereka mampu mengungguli rival Amerika nya dalam hal persenjataan, armor, dan kecepatan sehingga mampu meneruskan doktrin yang Jepang anut sejak Perang Sino-Japanese I, yaitu mengkompensasi kalah jumlah dengan menang kualitas. Namun, meskipun mereka telah mendapatkan modernisasi sepanjang era 1930-an, mereka dianggap sebagai 'kapal kuno' yang sudah ketinggalan zaman untuk Perang Dunia 2.

Sebenarnya Fusou-class direncanakan akan terdiri dari empat kapal, namun dua kapal terakhir menjadi kelas terpisah yang disebut sebagai Ise-class. Dan kelas itulah yang nantinya kelak akan menjalani konversi menjadi battleship-carrier campuran, meskipun banyak uji coba untuk itu dilakukan pada Yamashiro. Namun, di game Kantai Collection sendiri, Fusou-sisters dapat dikategorikan sebagai battleship-carrier setelah melalui remodel kedua yang membutuhkan item "BluePrint" untuk merealisasikan kondisi 'what if' mereka berdua yang diremodel alih-alih kedua Ise-class.

Dengan kekuatan yang menjadi setara dengan Nagato-class, ditambah dengan kapasitas pesawat yang bisa dibawanya untuk membantu para kapal induk memenangkan supremasi udara di pertempuran, pasangan kakak beradik ini sangat cocok untuk memberikan para admiral sekalian sebuah kemenangan yang gemilang! (walaupun kadang-kadang bagi beberapa admiral, keduanya bisa bawa sial juga sih...)


*) Urutan setelah BIG-3 ini adalah sebagai berikut:

#4. Yamato-class (74 suara atau 22,4% dari total suara yang masuk)
#5. Nagato-class (55 suara atau 18,8% dari total suara yang masuk)
#6. Vittorio Veneto-class (39 suara atau 17,5% dari total suara yang masuk)
#7. Ise-class (17 suara atau 8% dari total suara yang masuk)

--------------------------------------------------------------------------------------------
KATEGORI KANMUSU
BATTLESHIP TERFAVORIT

#1. "BISMARCK"


Jika para admiral harus menelan pil kecewa di sub kategori sebelumnya, maka kini saatnya anda semua mengangkat gelas kemenangan karena gadis kapal arya yang super hot dan ichiban-tsuyoi di seluruh jazirah Jerman ini yang menjadi jawara di sub kategori "Kanmusu Battleship Terfavorit" dengan total perolehan 54 suara atau 14,92% dari total suara yang masuk.

Lahir pada 14 Februari 1939 di Hamburg dan selesai disempurnakan pada 24 Agustus 1940, Bismarck merupakan salah satu battleship kebanggan Nazi Jerman dan juga adalah anak pertama dari kakak-beradik Bismarck-class. Namanya diambil dari tokoh sentral pemersatu Jerman pada tahun 1871, yaitu Kanselir Otto von Bismarck. Meskipun ia merupakan salah satu kapal paling 'sempurna' milik Jerman, namun karir militernya berusia sangat pendek yaitu sekitar kurang lebih 8 bulan.

Bismarck hanya pernah terlibat dalam satu operasi militer, yaitu Operation Rheinubung yang akan berkembang lebih jauh menjadi Battle of Denmark Strait bersama dengan heavy cruiser Prinz Eugen. Mereka berdua memiliki misi untuk menembus Samudera Atlantik dan menyerang kapal-kapal transportasi yang berlayar dari Amerika Utara ke Inggris. Keduanya beberapa kali terdeteksi lokasinya di area Scandinavia, dan beberapa unit tempur Inggris dikirim untuk menghadang mereka. Pada saat terjadi konfrontasi, Bismarck berhasil menenggelamkan battlecruiser HMS Hood yang menjadi kebanggaan AL Inggris dan memaksa battleship HMS Prince of Wales untuk mundur dari pertempuran.

Kehilangan HMS Hood membuat Inggris murka dan memerintahkan pengejaran Bismarck menggunakan lusinan kapal perang, sampai dengan dua hari kemudian dimana mereka menemukannya sedang menuju Prancis yang relatif aman. Aircraft carrier HMS Ark Royal, dengan salah satu pesawat pembom kunonya, berhasil membuat kerusakan yang menyebabkan setiran Bismarck tak dapat difungsikan lagi dan otomatis mematikan pergerakannya. Di pertempuran terakhirnya keesokan paginya, Bismarck dilumpuhkan oleh rentetan tembakan meriam dari armada laut Inggris.

Walau pun dibiarkan saja, pastinya ia akan tenggelam sendiri oleh luka-lukanya yang makin tak tertolong. Oleh karena itu, daripada ditenggelamkan musuh, lebih baik ditenggelamkan sendiri. Mungkin itulah yang melatarbelakangi kematiannya yang disebabkan oleh dirinya yang diledakkan oleh para krunya sendiri. Bismarck resmi tenggelam pada tanggal 27 Mei 1941 di perairan Atlantik Utara.


#2. "HARUNA"


Dirinya boleh bilang "Aku rapopo kok mas~" dengan suara lembut ala putri solo yang elegan, saat menghadapi semua masalah yang datang silih berganti. Tapi setelah berhasil mendapatkan posisi runner up dengan total perolehan 49 suara atau 13,54% dari total suara yang masuk di sub kategori ini, mungkin sudah saatnya para admiral yang mengidolakannya dan menjadikannya istri keramat mulai dengan bangga bisa berkata pada admiral lainnya, "Situ dan waifu situ rapopo, mas/mbak~?"

Haruna merupakan anak keempat sekaligus si bungsu dari empat bersaudari battlecruiser Kongou-class, yang lahir pada 14 Desember 1913 di Kobe. Ia mempunyai dua keunikan, salah satunya adalah bahwa Haruna didesain oleh insinyur angkatan laut Inggris namun material yang digunakan merupakan bahan-bahan asli Jepang; membuatnya seperti punya sifat blasteran dari dua negara berbeda. Yang kedua adalah bahwa ada inkonsistensi di tubuh IJN terkait siapa di antara Haruna dan Kirishima yang disebut sebagai si 'kakak' dan si 'adik'. Meskipun tanggal pertama kali dibuatnya nyaris bersamaan, namun tanggal peluncuran/kelahiran Haruna yang dua minggu lebih lama daripada Kirishima membuat IJN memutuskan Haruna sebagai 'kapal keempat' dari Kongou-class.

Sebagai salah satu kapal IJN yang mempunyai karir militer terpanjang dalam sejarah maritim Jepang, Haruna menjalani berbagai macam remodeling dan juga berpartisipasi dalam beberapa operasi militer jauh sebelum PD2 dimulai. Pada masa PD1, Haruna yang ditempatkan ke Sasebo sudah mulai berpatroli ke Laut China Timur sebelum akhirnya pada bulan Desember di tahun yang sama, Haruna ditempatkan sebagai cadangan seiring selesainya konflik di front Pasifik. Haruna juga menjadi salah satu capital ship yang masih boleh beroperasi secara aktif setelah PD1, pada saat Washington Naval Treaty mulai diterapkan secara penuh di Jepang, bersama dengan ketiga kakaknya, kedua bersaudari Ise-class, dan Yamashiro.

Pada era 1926 sampai 1933, Haruna mengalami pengembangan untuk mengubah statusnya dari battlecruiser menjadi battleship dimana penambahan kapabilitasnya secara langsung telah melanggar ketetapan Washington Naval Treaty. Namun, hal ini yang membuatnya selamat dari periode eliminasi kapal perang Jepang yang sudah tak layak pakai lagi setelah berlakunya London Naval Treaty di Jepang, meskipun ia harus terpaksa menjadi cadangan lagi. Akan tetapi, dengan dimulainya invasi Jepang ke Manchuria dimana Jepang tidak mengindahkan keputusan pengadilan LBB (Liga Bangsa-Bangsa) dan secara tegas keluar dari organisasi itu, Washington Naval Treaty, dan juga London Naval Treaty, membuka kesempatan bagi Haruna untuk aktif lagi sebagai bagian dari Divisi Battleship 1 pada 20 Mei 1933. Di era ini, Haruna juga pernah menjadi kapal Kekaisaran dimana adik Kaisar Hirohito menjadi salah satu krunya pada Februari 1929, serta pada November 1931 saat Kaisar berkunjung ke prefecture Kumamoto

Pada era 1933 sampai 1941, Haruna kembali mengalami remodel terakhirnya dari battleship menjadi fast battleship dengan maksud agar ia bisa menjadi pengawal utama armada kapal induk IJN yang makin besar. Konsep Pagoda Mast juga diterapkan pada Haruna, saat ia sudah menjadi fast battleship yang ditempatkan di Divisi Battleship 3 milik Armada IJN Pertama. Tiga tahun setelah remodel terakhirnya, tepatnya pada tahun 1937, meletus Perang Sino-Japanese II dimana Haruna ikut mengawal pendaratan tentara Jepang di tanah China. Dan seminggu sebelum pecah PD2 di front Pasifik, ia dan Kongo bersama-sama pergi dari Hashirajima untuk bergabung dengan armada IJN di bagian utara Malaya untuk bersiap-siap menghadapi Battle of Singapore dan Battle of Malaya.

Haruna bertarung di hampir semua pertempuran laut besar di front Pasifik selama PD2. Setelah mendukung operasi invasi di tanah Malaya, ia pergi ke selatan dan membantu operasi penaklukan Hindia Belanda (dengan mengawal pendaratan tentara Jepang di Borneo dan memberi tembakan perlindungan AAA di Battle of the Java Sea) sebelum berlanjut ke operasi bombardir Pulau Natal dan bergabung dengan lima kapal induk IJN dalam Indian Ocean Raid.

Ia dan Kirishima tergabung dengan armada inti Admiral Nagumo untuk mengawal para kapal induk dalam Battle of Midway, serta kembali berpartner dengan Kongou dalam Guadalcanal Campaign untuk melakukan bombardir lapangan udara Henderson setelah peristiwa Battle of Cape Esperance serta Battle of Santa Cruz Islands pada tahun 1942. Kombinasinya dengan Kongou cukup unik, karena kemampuan mereka sebagai fast battleship memungkinkan mereka untuk melakukan strategi hit-and-run dan menjadikan operasi itu sebagai salah satu operasi militer tersukses sepanjang sejarah PD2 Kekaisaran Jepang. Namun, hal itu tak bisa terulang kembali setelah lapangan udara Henderson kembali direbut Amerika, ditambah dengan tewasnya Kirishima dan Hiei pada saat terjadinya peristiwa Naval Battle of Guadacanal.

Sepanjang tahun 1943, Haruna ditempatkan secara bergantian ke Pulau Truk, Pangkalan Kure di Hiroshima, Pangkalan Sasebo di Nagasaki, dan Kepulauan Lingga di Hindia Belanda, serta beberapa kali dikirim untuk merespon cepat serangan Amerika terhadap pangkalan-pangkalan militer Jepang. berbentuk pulau di utara dan selatan. Pada tahun 1944, Haruna berpartisipasi dalam Battle of the Philippine Sea dan Battle of Leyte Gulf yang merupakan pertarungan laut terbukanya yang terakhir kali. Sebagai bagian dari Armada Kurita (Center Force) di pertempuran yang terakhir, Haruna mampu terus bertahan tanpa luka yang cukup berarti melewati Battle of Sibuyan Sea dan Battle of Samar. Meskipun ia masih dapat terus bertempur menghadapi hujaman bom, meriam, dan torpedo dari armada Amerika selama dua-tiga hari terus menerus, Admiral Kurita memilih untuk mundur dari pertempuran dan membawa Haruna kembali ke Kure untuk diperbaiki.

Sejak awal tahun 1945, Haruna resmi ditempatkan secara permanen di Kure untuk menjadi penjaga garis pertahanan udara Jepang bersama dengan para pesawat fighter "Shiden" menemaninya. Pada 24 Juli 1945, ia bersama dengan beberapa kapal IJN lainnya yang masih tersisa berperan sebagai benteng mengapung AAA untuk menghadapi serangan bom udara dari Task Force 38 Amerika. Meskipun pada hari itu Haruna menjadi satu-satunya battleship yang belum mati di pangkalan itu, empat hari kemudian (28 Juli 1945) ia terkena delapan bom dan membuatnya lumpuh total; masih ada perdebatan bahwa status Haruna saat itu dianggap "sudah tenggelam" atau masih dianggap "hanya lumpuh di tempat tapi masih hidup". Setahun kemudian, tubuh bagian belakangnya yang tenggelam diangkat dan Haruna resmi mengakhiri hidupnya dengan 'dibesituakan'.


#3. "KONGOU"


Pada masa-masa awal game Kantai Collection berjalan, ia dijuluki sebagai "waifu sejuta umat" oleh para admiral yang terkena panah asmara dari meriam cinta membaranya yang tak pernah padam. Namun, kali ini ia harus merelakan posisi gadis terfavorit di keluarga Kongou-class pada adik bungsunya dan harus puas berada di posisi ketiga di sub kategori ini dengan total perolehan 36 suara atau 9,94% dari total suara yang masuk.

Kongou lahir pada 18 Mei 1912 di Barrow-in-Furness, Inggris dan menjadi capital ship terakhir milik IJN yang dilahirkan di luar negeri Jepang. Ia merupakan kakak sulung dari empat bersaudari battlecruiser Kongou-class, sekaligus merupakan kapal IJN paling tua yang pernah terlibat dalam PD2.

Sama dengan Haruna, Kongou merupakan salah satu kapal IJN yang memiliki sejarah terpanjang dan sangat mirip juga dengan adik bungsunya itu. Mereka berdua sama-sama berpatroli di area Laut China Timur pada masa PD1. Perbedaannya adalah Kongou lebih berada di garis terdepan dimana ia, jauh sebelum Haruna lahir, sudah dikirim untuk mengintervensi garis komunikasi laut Jerman di perairan tersebut. Lalu bersama-sama dengan adiknya yang baru lahir, Hiei, ia juga ikut mendukung operasi gabungan Jepang dan Inggris menyerbu Jerman dalam peristiwa Siege of Tsingtao.

Kongou pun juga pernah menjadi kapal Kekaisaran dengan mengantarkan Kaisar Hirohito ke Taiwan yang waktu itu dikuasai Jepang, pada April 1923. Perbedaannya dengan Haruna yang lainnya adalah bahwa Kongou sudah lebih dulu diperkenalkan dengan konsep Pagoda Mast saat masih menjadi battlecruiser (meskipun tetap saja baru disempurnakan pada saat sudah menjadi fast battleship). Selebihnya, terutama sejarah dua kali remodelnya, relatif sama persis kecuali bahwa Kongou justru lebih terlambat diremodel menjadi battleship lalu kemudian fast battleship daripada si bungsu.

Ia bersama dengan adik-adiknya juga mengawal pendaratan tentara Jepang pada saat Perang Sino-Japanese II, dan tergabung dalam Divisi Battleship 3 milik Armada IJN Pertama. Namun, hanya Kongou dan Haruna yang pergi ke selatan untuk melakukan serangkaian persiapan untuk Battle of Singapore, Battle of Malaya, dan Dutch East Indies Campaign (invasi Pulau Ambon; terpisah dari Haruna yang menyerang Pulau Jawa) menjelang pembukaan PD2 di front Pasifik.

Sepanjang tahun 1942, Kongou ikut serta dalam penyerangan ke Pulau Natal, Indian Ocean Raid, Battle of Midway (armada untuk invasi), dan Guadalcanal Campaign (penyerangan ke lapangan udara Henderson dan Battle of the Santa Cruz Islands). Untuk tahun 1943 sampai dengan 1944, Kongou dan Haruna memiliki rekam sejarah jenis misi yang mirip kecuali bahwa nasib Kongou tak semujur Haruna dalam tahap pembukaan Battle of Leyte Gulf.

Pada tanggal 20 November 1944, Kongou bersama dengan battleship Yamato dan Nagato yang sebelumnya berangkat dari Brunei sampai di Selat Formossa untuk melakukan persiapan sebelum memasuki pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah umat manusia tersebut. Namun, pada tengah malam, kapal selam USS Sealion mengetahui posisi mereka dan menembakkan torpedonya ke arah Nagato dan Kongou. Tiga torpedo ke arah Nagato meleset semua, namun dua dari enam torpedo yang ditujukan pada Kongou mendarat tepat sasaran, sedangkan sisanya menenggelamkan destroyer Urakaze secara langsung.

Kongou pun minta izin untuk segera mundur ke pelabuhan Keelung di Formosa dikawal oleh destroyer Hamakaze dan Isokaze. Namun, belum sempat sampai tujuannya, Kongou sudah tidak kuat lagi berlayar dengan tegak. Di tengah proses evakuasi, magasin peluru meriam sekundernya meledak dan langsung menenggelamkan dirinya di perairan tersebut pada tanggal 21 November 1944. Kongou merupakan satu-satunya battleship yang tenggelam karena serangan kapal selam di PD2, sekaligus menjadi battleship terakhir yang tenggelam oleh kapal selam dalam sejarah.


#4. "YAMATO"


Jujur saja, sebagian besar admiral yang suka dengan gadis kapal dewasa tidak akan bisa pensiun dengan tenang sebelum mendapatkan 'kapal haram' yang satu ini. Rambut ponytail coklat yang panjangnya mirip rambut Rapunzel, style body bagus seperti gitar spanyol baru dipoles, dan selalu berhiaskan serta beraromakan bunga sakura yang semerbak wangi. Ditambah dengan meriam perkasa yang siap menembak jatuh semua musuh admiral yang berani menghadangnya, Yamato berhasil mengamankan peringkat keempat sub kategori ini dengan total perolehan 35 suara atau 9,67% dari total suara yang masuk.

Lahir pada tanggl 8 Agustus 1940 di Kure, Yamato adalah kapal pertama dari keluarga Yamato-class. Ia dan adiknya, Musashi, merupakan battleship terberat dan memiliki persenjataan paling kuat di dunia yang pernah dilahirkan sepanjang sejarah. Pengambilan namanya berasal dari sebuah istilah untuk menyebut tanah Jepang di masa lampau (ada juga yang mengatakan berasal dari nama Provinsi Yamato di Jepang masa lampau), dan diharapkan dapat menjadi rival bagi armada battleship Amerika yang lebih superior dalam hal jumlah.

Yamato resmi ditugaskan seminggu setelah penyerangan ke Pearl Harbor, dan sepanjang 1942 menjadi flagship untuk seluruh armada gabungan Jepang. Pada peristiwa Battle of Midway yang merupakan salah satu pertempuran yang membawa akibat fatal bagi takdir Jepang di PD2, Yamato juga ikut serta dari kejauhan dimana Admiral Isoroku Yamamoto membawahi seluruh armada nahas tersebut. Setelahnya, sang adik mengambil alih posisinya sebagai flagship seluruh armada gabungan pada awal 1943.

Yamato sendiri sepanjang tahun 1943 dan 1944 dikirim bolak-balik dari pangkalan Kure ke pangkalan Truk di kawasan Asia Tenggara, sebagai bentuk respon ancaman Sekutu di wilayah tersebut. Walaupun ia hadir pada Battle of the Philippine Sea, Yamato tidak ikut serta dalam pertempuran tersebut. Satu-satunya kesempatan bagi Yamato untuk menembakkan meriam utamanya yang dibangga-banggakan oleh faksi ultranasionalis dan militeristik di pemerintahan Jepang kala itu adalah pada saat Battle of Leyte Gulf, Oktober 1944. Ia berhasil melalui beberapa fase pertempuran terbesar sepanjang sejarah umat manusia tersebut, seperti Battle of Palawan Passage, Battle of the Shibuyan Sea, dan Battle of Samar dengan pengorbanan dari sang adik untuk meloloskan dirinya.

Meskipun berada di ujung kemenangan, pada saat itu armada Jepang justru memilih untuk mundur karena percaya bahwa mereka melawan seluruh armada kapal induk Amerika di sana. Padahal yang menunggu mereka tinggal sekumpulan grup pengawal kapal induk yang hanya melindungi kapal-kapal transportasi tentara Sekutu yang rapuh. Akibat dari kesalahan itulah, sejak saat itu, keseimbangan kekuatan angkatan laut berbalik total mengancam Kekaisaran Jepang.

Dan sejak awal 1945, armada yang tersisa hanya tinggal sedikit ditambah dengan adanya krisis minyak bumi di daratan utama. Pada akhirnya, peran yang tersisa untuk Yamato adalah sebagai penghambat gerak Sekutu ke daratan Jepang dalam sebuah operasi 'bunuh diri' ke Okinawa pada (Operation Ten-Go). Perintah yang diterimanya adalah untuk mendamparkan dirinya di pulau tersebut dan menjadi benteng artileri yang tak akan bisa tenggelam, supaya ia bisa bertarung sampai mati melindungi pantai tersebut. Awalnya, banyak admiral dan komandan besar di jajaran IJN terus menerus menolak ide semacam ini. Mereka percaya bahwa ini adalah suatu hal yang sia-sia, pemborosan minyak bumi dan juga penyia-nyiaan nyawa manusia. Namun, mereka akhirnya setuju untuk ikut serta setelah diberitahu bahwa kaisar sangat mengharapkan peran mereka.

Sayangnya, segala kode sandi percakapan tentang persiapan yang dilakukan sebelum dimulainya operasi tersebut dipecahkan oleh pihak Amerika. Sehingga Amerika segera memutuskan untuk mengintervensi mereka. Armada yang dipimpin Yamato ditemukan oleh armada gabungan kapal selam dan kapal induk Amerika pada tanggal 7 April 1945, dan selama dua jam lamanya armadanya pun menemui harus berjibaku melawan serangan tanpa henti dari total 386 pesawat torpedo dan bomber Amerika yang berangkat dari 11 kapal induk yang berbeda.

Setelah menerima hantaman sebelas torpedo dan enam bom di sepanjang pertempuran itu, Yamato pun mulai tak kuat menahan 'penyiksaan' semacam itu dan perlahan-lahan badannya mulai miring dan akhirnya terbalik serta tenggelam dengan cepat akibat ledakan magasinnya sendiri yang amat dahsyat; ledakannya sampai membentuk 'awan jamur' dengan ketinggian 6 kilometer dan bisa dilihat sampai Kyushu atau 160 kilometer jauhnya.


#5. "FUSOU"


Katanya sih kapal sial, tapi kok ngangenin ya? Bagaimana tidak? Rambut hitam panjang mengkilat khas bintang iklan shampo terkenal, cek! Onee-sama charisma: EX-Rank, cek! Tutur kata yang lemah lembut dan sopan, idaman setiap calon mertua para admiral, cek! Apalagi ditambah dengan sikapnya yang makin lama makin berani nge-gombal-in admiral yang masih jomblo akut, seiring dengan semakin bertambah tingginya levelnya, cek! Semua kualitas ini cukup untuk menjelaskan mengapa Fusou-neesama pantas mendapatkan ranking lima di sub kategori ini dengan total perolehan 34 suara atau 9,39% dari total suara yang masuk.

Lahir pada 28 Maret 1914 di Kure (Hiroshima), Fusou berperan sebagai si kakak dari dua bersaudari battleship Fusou-class. Latar belakang penamaan dirinya sedikit mirip dengan Yamato, dimana 'Fusou' adalah berasal dari penamaan kanji China (Fushang) untuk menyebut tanah Jepang di masa lampau. Ia tidak memiliki peran apapun pada masa Perang Dunia I, karena pada saat ia dilahirkan sudah tidak ada lagi sisa kekuatan Central Power dan hanya berpatroli di wilayah Laut China Timur saja. Pada tahun 1923, ia ikut berpartisipasi dalam operasi penanggulangan bencana "Gempa Bumi Kanto".

Fusou mengalami dua kali modernisasi, yaitu sepanjang 1930-1935 dan 1937-1941 dimana terdapat total tiga perubahan mendasar pada dirinya: penambahan torpedo bulge, persenjataan, dan Pagoda Mast-nya yang dibangun kembali. Dalam jangka waktu 2 tahun sebelum mengalami modernisasi keduanya, Fusou ditetapkan sebagai salah satu kapal latihan IJN. Namun, dengan hanya bersenjatakan meriam 36 cm saja, ia tetap dikategorikan sebagai kapal yang 'ketinggalan zaman' dan terlampaui dengan mudah oleh rekan-rekan battleship-nya yang lain. Belum ditambah faktor livability-nya yang sangat buruk dan tidak disukai para pelaut. Sehingga, dari sejak selesai modernisasi keduanya sampai dengan tahun-tahun awal PD2, peran Fusou terbatas sekedar sebagai kapal pelatih dan peran lain-lainnya.

Operasi militer selama PD2 dimana Fusou terlibat, namun tak berperan dalam perangnya secara langsung, adalah penyerangan ke Pearl Harbor dan Operation AL/MI dimana divisi tempat Fusou berada memiliki tugas yang 'setengah-setengah'. Mereka berada dibawah armada yang menyerang Pulau Midway namun posisi mereka memungkinkan untuk membantu armada yang menyerang Pulau Aleutian jika diperlukan. Selain dua operasi tersebut, Fusou pernah menyelamatkan 353 kru battleship Mutsu (dimana battleship tersebut meledak di perairan Hashirajima), menjadi kapal latihan di Kepulauan Lingga (Hindia Belanda pada 21 Februari 1944), dan mengawal konvoi ke Pulau Biak (yang gagal pada 11 Mei 1944).

Tanggal 10 September 1944, ia dan adiknya ditransfer ke Divisi Battleship 2 milik Armada IJN Kedua dan ia menjadi flagship Armada Nishimura 13 hari kemudian. Namun, ketika kembali sampai ke Kepulauan Lingga pada 4 Oktober 1944, Nishimura memindahkan posisi flagship armadanya pada si adik. Setelahnya armada tersebut dipindahkan ke Brunei untuk mempersiapkan Operation Sho-Go, operasi militer untuk melawan persiapan operasi invasi Pulau Luzon milik Amerika Serikat. Operasi inilah yang akan berujung pada Battle of Surigao Strait (24-25 Oktober 1944), salah satu bagian pertempuran di front selatan dari Battle of Leyte Gulf.

Fusou sendiri merupakan 'korban pertama' dari sergapan malam armada Amerika Serikat, dimana ia tewas setelah terkena satu atau dua torpedo dari destroyer USS Hutchins yang menyebabkan gudang magasinnya meledak dan membelah tubuhnya menjadi dua, sebelum akhirnya tenggelam. Beberapa lusin kru yang selamat, ditampung oleh destroyer Asagumo (yang ironisnya juga ikut tenggelam di pertempuran tersebut). Beberapa yang lainnya diprediksi mendarat di tanah Filipina hanya untuk dibunuh oleh penduduk lokal, dan terhitung hanya 10 orang kru yang selamat sampai kembali ke tanah Jepang.


#6. "NAGATO"


Jangan remehkan kekuatan BIG-7! Quote khas dari gadis kapal macho yang merasa bahwa takdirnya sejak lahir adalah menjadi pembawa kemenangan di ujung garis cakrawala yang gemilang ini menjadi nyata dengan fakta bahwa dirinya berhasil menempati ranking keenam sub kategori ini dengan total perolehan 26 suara atau 7,18% dari total suara yang masuk. Ya, ranking enam juga bisa disebut termasuk dalam jajaran BIG-7 juga kan?

Lahir pada tanggal 9 November 1919 di Kure (Hiroshima), Nagato merupakan kapal pertama dari dua kapal battleship Nagato-class. Setahun setelah kelahirannya, Nagato langsung menjadi flagship untuk Divisi Battleship 1 dan bisa dikatakan menjadi salah satu kebanggan Jepang dengan fakta sejarah dirinya yang pernah dinaiki oleh Kaisar Hirohito waktu dirinya masih berstatus sebagai pangeran kekaisaran. Selain itu, Nagato juga pernah menjadi kapal yang mengantarkan Marshal Joseph Joffre (salah satu pahlawan Prancis pada masa PD1) dan Edward (Pangeran Wales) pada saat mereka berdua bertamu ke Jepang.

Sejarah Nagato yang paling bermakna bagi rakyat Jepang sebelum meletusnya PD2 di front pasifik adalah pada saat terjadinya bencana "Gempa Bumi Kanto" pada tahun 1923. Pada saat bencana itu terjadi, ia sedang berada di Semenanjung Korea untuk melakukan latihan. Mendengar kabar itu, komandan kapal Nagato berniat untuk kembali ke Jepang untuk membantu, namun ditentang keras oleh pejabat militer tingkat atas karena takut bahwa data-data kapabilitas Nagato seperti kecepatan jelajahnya yang masih dirahasiakan dari mata dunia akan bocor ke negara barat seperti Amerika. Namun, komandan tersebut membangkang perintah pejabat atas tersebut sambil berkata, "Saya dan Nagato ini lahir demi rakyat Jepang! Apa gunanya diri saya dilahirkan jika tidak bisa berguna untuk rakyat saya dan bangsa saya?!"

Setelah berkata demikian, Nagato segera berangkat ke Kyushu untuk mengangkut bantuan-bantuan yang diperlukan dan menuju ke pusat daerah Kanto. Meskipun kekhawatiran atasannya menjadi kenyataan dan membuat Jepang terhimpit oleh Washington Naval Treaty setelahnya, tindakan yang dilakukan oleh satu kapal Nagato sendirian menggugah jiwa seluruh rakyat Jepang yang mendengar tentang kisah ini kelak. Tiga tahun setelahnya, Nagato diangkat menjadi flagship untuk seluruh armada gabungan Jepang sampai dengan tahun 1931. Karir militer Nagato sebelum PD2 meletus satu-satunya adalah pada saat Perang Sino-Japanese II, dimana ia menjadi kapal transportasi tentara Jepang ke tanah China dan pesawat lautnya ikut membom kota Shanghai. Pada 15 Desember 1938, ia menggantikan battleship Yamashiro untuk kembali menjadi flagship seluruh armada gabungan Jepang.

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor, Nagato bersama dengan battleship Mutsu, Fusou, Yamashiro, Ise, Hyuuga, dan kapal induk ringan Houshou berperan sebagai armada pemberi tembakan perlindungan dari jarak jauh. Namun karena tidak kunjung diperlukan, mereka kembali ke Jepang enam hari kemudian. Pada peristiwa Battle of Midway, Nagato bersama dengan battleship Yamato, Mutsu, kapal induk ringan Houshou, light cruiser Sendai, 9 destroyer dan 4 kapal pelengkap juga ikut mengawasi dari kejauhan. Pada akhir pertempuran, Nagato menyelamatkan sejumlah kru kapal induk Kaga yang selamat.

Kemudian Nagato terlibat dalam beberapa operasi yang tidak menghasilkan konfrontasi langsung dengan armada Sekutu seperti operasi di Pulau Wake dan Eniwetok. Ia dan Fusou juga meninggalkan Truk menuju Palau untuk menghindari serangan udara Amerika pada Februari 1944, dan keduanya menjadi kapal latihan di Kepulauan Lingga (Hindia Belanda) sampai dengan dibatalkannya Operation KON dan dialihkan untuk membantu armada yang terlibat dalam Battle of Philippine Sea. Nagato sempat datang tepat waktu untuk menyelamatkan kapal induk Junyou dan Ryuuhou, namun gagal menyelamatkan Hiyou. Awalnya kru Hiyou yang selamat ditampung oleh Nagato, namun kemudian dipindahkan ke kapal induk Zuikaku pada saat berada di Okinawa, 22 Juni 1944.

Perang terbesar Nagato dialaminya pada saat terjadinya Battle of Leyte Gulf, dimana ia menjadi bagian dari Armada Kurita (Center Force) dan bertempur dari tanggal 24-25 Oktober 1944, melewati Battle of the Shibuyan Sea dan Battle of Samar bersama-sama dengan Yamato dengan luka ringan yang masih memungkinkan mereka untuk tetap bertempur. Namun, Admiral Kurita memerintahkan untuk mundur. Pada saat perbaikan dirinya di Pangkalan Yokosuka, Nagato sudah tidak dapat diperbaiki sampai dapat berlayar lagi dengan maksimal karena keterbatasan material dan cadangan bahan bakar yang semakin menipis. Sehingga diputuskan bahwa Nagato akan diubah perannya menjadi 'benteng mengapung AAA' sampai dengan berakhirnya Perang Dunia 2.

Hampir setahun setelah berakhirnya PD2, sekitar Maret 1946, Nagato dan light cruiser Sakawa terpilih untuk menjadi kapal target untuk serangkaian uji coba senjata nuklir dalam Operation Crossroads. Di tengah perjalanan menuju Bikini Atoll, Nagato yang seharusnya sudah sangat parah kondisi mesinnya ternyata masih kuat untuk menarik Sakawa yang tiba-tiba macet mesinnya sampai ke tempat perhentian terakhir hidup mereka. Nagato sendiri menjalani dua jenis tes, yaitu Test Able (ledakan nuklir di udara) dan Test Baker (ledakan nuklir di bawah laut) serta masih bisa bertahan tanpa kerusakan yang parah.

Namun, tsunami yang disebabkan oleh Test Baker menyebabkan badan Nagato sedikit oleng dan kemiringannya semakin bertambah parah lima hari kemudian. Penelitian lebih lanjut tak bisa dilakukan karena dirinya sudah sangat tercemar oleh radio aktif tingkat tinggi. Dan akhirnya Nagato tenggelam pada tanggal 30 Juli 1946. Pada tahun 2007, majalah The Times menyebutkan Nagato sebagai salah satu dari sepuluh situs penyelaman bangkai kapal terbaik di dunia.


#7. "YAMASHIRO"


Sifatnya yang cenderung lebih sering negatif daripada kakaknya, serta sifat sister complex-nya yang agresif posesif terhadap neesama tercintanya mungkin sering membuatnya dirasa agak 'mengganggu' oleh sebagian dari para admiral di sini. Namun, para admiral yang masih gigih dalam menghadapi beberapa sikap cueknya pada mereka kelak akan dapat mengerti bahwa ia adalah salah satu tipe gadis kapal yang asyik untuk 'diajak ribut' agar semakin bertambah mesra dari hari ke hari. Dengan total perolehan 25 suara atau 6,91% dari total suara yang masuk, gadis kapal yang juga identik dengan tragedi Armada Nishimura yang sering bikin baper para admiral ini setidaknya berhasil mengamankan peringkat tujuh.

Lahir pada 3 November 1915 di Yokosuka (Tokyo), Yamashiro mendapat peran sebagai 'si adik' dari kedua bersaudari battleship Fusou-class. Namanya berarti "Gunung Kastil", dan asal muasal namanya terinspirasi dari Provinsi Yamashiro yang merupakan nama untuk Provinsi Kyoto di masa lampau. Riwayat hidupnya dari lahir sampai dengan kematiannya tidak begitu jauh berbeda dengan si kakak, namun ada beberapa hal yang membuat sejarah Yamashiro 'sedikit' lebih cerah daripada Fusou.

Sama seperti kakaknya, Yamashiro tidak ikut dalam Perang Dunia I karena pada saat itu tidak ada lagi sisa-sisa kekuatan Central Power di wilayah Asia Timur. Ia dan kakaknya hanya sempat berpatroli sebentar di perairan Laut China Timur. Pada tahun 1923, ia ikut berpartisipasi dalam operasi penanggulangan bencana "Gempa Bumi Kanto", meskipun harus berbeda wilayah dengan si kakak. Tidak banyak rekam sejarah tentang aktivitas Yamashiro di tahun 1920-an, kecuali bahwa Yamashiro pernah merapat ke Pelabuhan Manchuria pada 5 April 1925 dan melakukan latihan rutin di perairan Laut China Timur setelahnya.

Yamashiro juga terlibat dalam sebuah percobaan untuk meluncurkan pesawat fighter jenis "Gloster Sparrowhawk" di deknya pada 29 Maret 1922, dan berhasil. Keberhasilan ini nantinya akan mempengaruhi konsep penyempurnaan kapal induk ringan Houshou yang mengalami keterlambatan pembangunan akibat desain yang berubah-ubah, dan juga akan melahirkan konsep Aviation Battleship dua dekade setelahnya (yang ironisnya justru dilakukan bukan pada Yamashiro, melainkan pada kedua battleship Ise-class setelah peristiwa Battle of Midway).

Modernisasi Yamashiro dilakukan pada 18 Desember 1930 di Yokosuka, dengan total tiga penyempurnaan yang sama dengan kakaknya, termasuk pencopotan tabung torpedo yang pernah dimilikinya. Livability-nya pun juga ikut ditingkatkan (berbeda dengan Fusou yang seakan-akan 'lupa' untuk ditingkatkan juga) sehingga ketika selesai dilakukan penyempurnaan pada diirnya, Chuichi Nagumo (yang pada saat itu masih berpangkat kapten) memilih Yamashiro daripada Fusou untuk menjadi kapalnya dan menjadikan Yamashiro sebagai flagship untuk seluruh armada gabungan Jepang pada 27 Juni 1937 sampai dengan 15 Desember 1938, digantikan oleh battleship Nagato.

Sebelum dimulainya PD2, Yamashiro sempat menjalani satu lagi eksperimen untuk peluncuran pesawat Kawanishi E7K2 yang sudah dimodifikasi supaya bisa dikemudikan tanpa awak. Eksperimen ini merupakan eksperimen UAV militer pertama dalam sejarah Jepang yang menggunakan teknologi radio kontrol. Dan setelah itu, Yamashiro ditempatkan bersama-sama dengan Fusou, Ise, dan Hyuuga dalam Divisi Battleship 2 milik Armada IJN Pertama.

Pada awal-awal PD2, Yamashiro terlibat secara tidak langsung dalam penyerangan ke Pearl Harbor dan Operation AL/MI. Sepanjang tahun 1942-1943, Yamashiro menjalani perannya sebagai kapal latihan untuk kapal-kapal berukuran sedang. Pada Oktober 1943, ia dan battleship Ise bersama-sama menyelesaikan misi pendaratan tentara Jepang ke Pangkalan Truk dari Pangkalan Yokosuka. Namun, pada saat perjalanan pulang, Yamashiro terkena tembakan torpedo dari kapal selam USS Halibut yang untungnya tidak meledak sama sekali sampai pada saat tiba di daratan utama.

Takdir Yamashiro pun sempat hampir dibuat mirip dengan Yamato, dimana ia dimaksudkan untuk membawa pasukan tambahan dan persenjataan untuk tentara Jepang di Filipina, kemudian di-dampar-kan di Saipan (Filipina) untuk menjadi benteng artileri di pulau tersebut dari invasi Amerika. Operasi rahasia yang dinamakan Operation Y-GO tersebut awalnya ditolak oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Namun ia terpaksa menyetujuinya, setelah dua orang penting di jajaran armada gabungan bersikeras melakukannya. Akan tetapi, setelah kabar kekalahan armada Jepang di Battle of the Philippine Sea sampai ke Jepang, sang perdana menteri pun buru-buru mencabut keputusannya.

Yamashiro dan kakaknya ditransfer ke Divisi Battleship 2 milik Armada IJN Kedua dibawah Wakil Admiral Shoji Nishimura, dimana pada saat berada di Kepulauan Lingga (Hindia Belanda) tanggal 4 Oktober 1944, ia menyerahkan posisi flagship pada Yamashiro yang sebelumnya dipegang oleh Fusou. Kemudian kakak-beradik ini pergi ke Brunei untuk mempersiapkan Operation Sho-Go yang akan berujung pada Battle of Surigao Strait.

Awal pertempuran dibuka dengan kombinasi serangan meriam sekunder Yamashiro dan searchlight milik destroyer Shigure yang berhasil membuat skuadron PT boat mundur untuk mencegah mereka menembakkan torpedonya pada malam 24 Oktober 1944. Namun, pada subuh hari 25 Oktober 1944, para destroyer Amerika menemukan momentum setelah memaksa Fusou keluar dari formasi dan menenggelamkan Yamagumo dan Michishio dengan torpedo mereka. Mereka juga berhasil membuat kecepatan Yamashiro turun setelah torpedo mereka mengenainya sebanyak tiga kali selama 40 menit sejak Fusou keluar dari formasi. Kemudian selama 18 menit lamanya, Yamashiro menerima bombardir meriam gabungan dari 3 heavy cruiser, 4 light cruiser, dan 6 battleship Amerika dan Australia.

Setelah sadar bahwa armada Amerika mulai menarget heavy cruiser Mogami dan destroyer Asagumo, Yamashiro menaikkan rate tembak meriamnya ke segala arah sembari menyuruh keduanya beserta Shigure untuk mundur. Namun, Asagumo terlanjur terkena torpedo dan tak bisa mundur bersama Mogami dan Shigure. Sepuluh menit lamanya, Yamashiro berperan sebagai perisai agar Mogami dan Shigure bisa melarikan diri. Dan pada saat terjadi gencatan senjata dari pihak Amerika, Yamashiro segera berbalik untuk mundur juga.

Namun, tiba-tiba dua sampai empat torpedo kembali mengenai lambungnya, lalu kembali bertambah dua torpedo lagi mengenai ruang mesinnya dan membuat Yamashiro kehabisan nafasnya untuk terus berjuang hidup. Badannya mulai oleng, terbalik, dan lima menit lamanya ia tenggelam perlahan-lahan dalam kesunyian disaksikan oleh seluruh armada Sekutu di belakangnya. Dari 1.636 kru yang ada di dalam dirinya, hanya 10 kru yang berhasil selamat kembali ke tanah Jepang.


#8. "KIRISHIMA"


Kacamata sering diidentifikasikan sebagai simbol dari kecerdasan seseorang. Entah itu merupakan fakta atau mitos, yang pasti sejarah membuktikan bahwa gadis kapal ini memang memiliki cara bertarung yang cenderung smart. Dengan total perolehan 21 suara atau 5,8% dari total suara yang masuk, gadis kapal yang hobinya dari musim ke musim selalu cek mikrophone sebelum memulai sesuatu ini menjadi anggota Kongou sisters terakhir yang berada di jajaran BIG-10, tepatnya di ranking kedelapan.

Lahir pada 1 Desember 1913 di Nagasaki, Kirishima merupakan anak ketiga dari empat bersaudari battlecruiser Kongou-class, berdasarkan kesepakatan yang ditentukan oleh IJN. Sama seperti adik kembar sekaligus bungsunya, Haruna, ia didesain oleh insinyur Inggris namun dibangun di Jepang dan menggunakan bahan-bahan material lokal Jepang. Pada masa PD1, Kirishima berpatroli di sekitar perairan pantai China Timur dan juga ikut dalam usaha pemulihan bencana "Gempa Bumi Kanto" tahun 1923.

Mulai tahun 1927, Kirishima pertama kali diremodel menjadi battleship dimana armornya diperkuat dan kecepatannya ditambah. Tahun 1934, remodel keduanya membuatnya menjadi fast battleship dimana struktur anjungannya diubah menjadi bentuk Pagoda Mast, mesin penggeraknya diupgrade, dan juga ditambahkan peluncur katapult untuk pesawat lautnya. Pada masa Perang Sino-Japanese II, Kirishima berperan sebagai kapal pendukung dan transportasi tentara Jepang ke daratan China. Dan pada masa pembukaan PD2 di front pasifik, ia menjadi bagian Armada Nagumo untuk mengawal enam kapal induk utama Jepang menyerang Pearl Harbor pada Desember 1941.

Sebagai bagian dari Divisi Battleship 3, Kirishima berpartisipasi dalam banyak operasi militer IJN sepanjang tahun 1942. Diantaranya adalah memberikan dukungan pada saat Dutch East Indies Campaign dan Indian Ocean Raid, Battle of Midway, Battle of the Eastern Solomons, Battle of Santa Cruz Islands, sebelum akhirnya sampai pada First & Second Naval Battle of Guadalcanal sebagai bagian dari armada bombardir di bawah Admiral Nobutake Kondo. Pada 13 November 1942 malam harinya, Kirishima menghadapi segerombolan destroyer dan cruiser bersama dengan kakaknya, Hiei. Pada malam hari diantara pergantian hari 14-15 November 1942, dalam salah satu dari dua pertempuran antar battleship yang pernah ada dalam sejarah Perang Pasifik, Kirishima membuat battleship USS South Dakota terluka parah sebelum akhirnya berbalik dihancurkan oleh battleship USS Washington. Kirishima tenggelam perlahan-lahan pada pagi harinya tanggal 15 November 1942 di Ironbottom Sound.


#9. "LITTORIO" / "ITALIA"


Kalau ditanya sesuatu tentang negara Italia, pasti makanan yang terbayang pertama kali adalah pasta dan pizza. Kalau ditanya sesuatu tentang gadis Italia yang menjadi favorit para admiral yang sukanya dengan yang bule-bule Eropa, maka Littorio yang buono lah jawabannya! Dengan total perolehan 18 suara atau 4,97% dari total suara yang masuk, gadis kapal yang selalu ingin makan pasta setiap kali ditanya mau menu resupply apa di kantin Mpok Houshou ini menjadi satu-satunya gadis kapal dari negeri menara Pisa ini yang berada di jajaran BIG-10, tepatnya di ranking kesembilan.

Lahir pada Agustus 1937, Littorio merupakan putri pertama sekaligus pemimpin untuk empat bersaudari battleship Littorio-class atau sering juga disebut Vittorio Veneto-class yang terdiri dari Littorio, Vittorio Veneto, Roma, dan Impero. Ia dan ketiga adiknya adalah bagian dari armada Italia "Regia Marina" selama PD2. Nama Littorio berasal dari Lictor, sebutan untuk pengawal pribadi bagi para orang-orang penting di masa Romawi Kuno yang menjadi pemegang kekuasaan seluruh wilayah imperium Romawi. Lictor inilah yang akan diadopsi menjadi simbol fasisme Italia, dan tidak berlebihan bila keempat battleship ini merepresentasikan ideologi fasis Italia di lautan.

Littorio dan Vittorio Veneto dibangun dengan tujuan untuk menyaingi dua battleship Prancis, Dunkerque dan Strasbourg, dan keempatnya adalah battleship modern Italia yang pertama yang dibangun masih berdasarkan batas kepatutan Washington Naval Treaty. Littorio resmi selesai disempurnakan dan langsung ditugaskan pada Mei 1940. Namun, tak lama setelahnya, Littorio rusak parah terkena serangan udara AU Inggris di Taranto pada 11 November 1940 yang membuatnya harus istirahat sampai Maret tahun berikutnya.

Setelahnya, Littorio berpartisipasi dalam beberapa pertempuran dengan Armada Mediterania milik Inggris dimana hampir semuanya berakhir dengan kegagalan, kecuali pada Second Battle of Sirte dimana ia tercatat merusak parahkan beberapa kapal perang Inggris. Littorio berganti nama menjadi Italia pada Juli 1943 setelah kejatuhan pemerintahan fasis Italia. Pada 9 September 1943, armada Italia diserang oleh sepasukan pesawat bomber Jerman di tengah perjalanan mereka menuju 'penjara' mereka. Di sini, Italia harus menyaksikan tenggelamnya si adik, Roma, sekaligus dirinya yang luka parah akibat bom radio kontrol Fritz-X.

Sebagai bagian dari perjanjian Italia dengan pihak Sekutu, Italia sepakat untuk di'penjara'kan di Malta, Alexandria dan kemudian dipindahkan ke Terusan Suez. Italia dibiarkan berada di situ sampai tahun 1947, dimana ia dikirim ke Amerika Serikat sebagai hadiah perang dan dibesituakan di La Spezia.


#10. "MUSASHI"


Statusnya sebagai adik dari Yamato 'sang gadis super perfect idaman setiap laki-laki berkelas' tidak membuatnya menjadi serupa dengan kakaknya. Ia justru membentuk sebuah persona wanita petarung yang tangguh dan tak terkalahkan. Mungkin pesona non-mainstream yang satu inilah yang memicu para admiral yang mengidolakan sosok wanita kuat di samping Nagato ini bersatu padu memberikan suaranya untuk dapat menempatkan Musashi di urutan terakhir jajaran BIG-10 di sub kategori ini, dengan total perolehan 16 suara atau 4,42% dari total suara yang masuk.

Lahir pada 1 November 1940 di Nagasaki, Musashi merupakan adik dari battleship Yamato dan juga kakak dari kapal induk Shinano. Namun karena adanya berbagai penyesuaian dan uji kelayakan tempur yang bermacam-macam, membuat dirinya baru bisa diresmikan untuk bertugas pada 5 Agustus 1942 dan sampai akhir tahun dihabiskannya dengan latihan. Namanya berasal dari Provinsi Musashi, sebuah provinsi kuno di Jepang yang saat ini merupakan padanan dari wilayah Tokyo Metropolis, sebagian besar prefektur Saitama dan sebagian persis prefektur Kanagawa.

Awal 1943 dimulainya dengan menerima posisi flagship dari sang kakak. Dirinya pun berlayar ke Pangkalan Truk, dan di sana ia terlibat dalam beberapa operasi pencarian dan pengejaran kapal-kapal Amerika yang berakhir dengan kegagalan. Pada tahun 1944, Musashi mulai digunakan juga sebagai kapal transportasi tentara Jepang dan persenjataannya bolak-balik antara Jepang ke beberapa pulau taklukan Jepang di Asia Tenggara beberapa kali. Ia sempat harus kembali ke Jepang setelah terkena torpedo dari salah satu kapal selam Amerika dan menjalani remodel intensifikasi senjata AAA-nya menjadi sangat kuat di zamannya.

Pada saat remodelnya selesai, Musashi segera dikirim ke Battle of the Philippine Sea pada bulan Juni, namun tidak terlibat kontak bersenjata sama sekali dengan armada Amerika. Namun, konfrontasi langsungnya yang pertama kali justru menjadi konfrontasi terakhirnya, yaitu di Battle of Leyte Gulf sebagai bagian dari Armada Kurita (Center Force). Rekam sejarah Musashi menunjukkan bahwa ia hanya bisa bertahan dalam dua tahap pertempuran di zona tengah pertempuran tersebut, yaitu Battle of Palawan Passage dan Battle of the Sibuyan Sea pada tanggal 23-24 Oktober 1944. Musashi tenggelam setelah menerima total 17 bom dan 19 tembakan torpedo dengan membawa serta 1.023 nyawa kru kapal besertanya.


*) Urutan setelah BIG-10 ini adalah sebagai berikut:

#11. Mutsu & Hiei (masing-masing 14 suara atau 3,87% dari total suara masuk)
#12. Roma (8 suara atau 2,21% dari total suara yang masuk)
#13. Ise & Hyuuga (masing-masing 6 suara atau 1,66 % dari total suara yang masuk)


 --------------------------------------------------------------------------------------------

Nantikan juga hasil survei yang lainnya ya~!
Stay tuned~! ^_^

1 comment:

  1. Walau Waifu saya nggak dapet Ranking 1 Nggak apalah
    yang jelas masuk 5 Besar aja udah seneng ^_^

    ReplyDelete