Friday 29 May 2015

Game Developer's Announcement: Akatsuki Kai 2, Implemented!

Setelah selesainya maintenance berkala yang diadakan pada Jumat, 29 Mei 2015 dari pukul 09:00 WIB s/d 15:00 WIB ini, terdapat beberapa game update dari developer Kantai Collection, yaitu sebagai berikut:

1) Akatsuki (DD) dari Akatsuki-class, mendapatkan versi remodel keduanya (Kai 2), dengan informasi gambar, parameter dan equipment bawaan-nya sebagai berikut.

Akatsuki (ilustrasi kartu)
Akatsuki (stats dan equipment)


2) Murasame (DD) dan Shouhou (CVL) mendapatkan CG khusus untuk Rainy Season.

Murasame (DD) New CG Rainy Season

Shouhou (CVL) New CG Rainy Season

3) Kini player bisa melakukan sortir senjata berdasarkan jenisnya, seperti di gambar di bawah ini.

Sistem Baru Untuk Mensortir Persenjataan

Untuk lebih lengkap dan detail mengenai update-nya dapat menuju ke link berikut ini.

===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

[Doujin] (Not) A Date With Katsuragi

Disclaimer:
Blog ini hanya memposting ulang halaman-halaman doujin/manga Kantai Collection ke dalam Bahasa Indonesia. Hak cipta doujin/manga ini adalah mutlak milik kreator asli judul masing-masing. Pihak Kantai Collection official adalah Kadokawa Games yang bekerja sama dengan DMM.com

source: http://danbooru.donmai.us/posts/2024256?tags=katsuragi_%28kantai_collection%29

===============================================




===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Wednesday 27 May 2015

[Doujin] Kantai Collection - Fleet Journal [Part 3]

Disclaimer:
Blog ini hanya memposting ulang halaman-halaman doujin/manga Kantai Collection ke dalam Bahasa Indonesia. Hak cipta doujin/manga ini adalah mutlak milik kreator asli judul masing-masing. Pihak Kantai Collection official adalah Kadokawa Games yang bekerja sama dengan DMM.com

source: http://danbooru.donmai.us/posts/1597863?pool_id=8259

==========================================

<< Previous Chapter

1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13
(klik ini untuk melihat translasi Inggris langsungnya)
14

15
16



===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Friday 22 May 2015

[Doujin] Kagerou and Isokaze

Disclaimer:
Blog ini hanya memposting ulang halaman-halaman doujin/manga Kantai Collection ke dalam Bahasa Indonesia. Hak cipta doujin/manga ini adalah mutlak milik kreator asli judul masing-masing. Pihak Kantai Collection official adalah Kadokawa Games yang bekerja sama dengan DMM.com

source: http://danbooru.donmai.us/pools/9966

===============================================

1

2

3

4
5

6

7

8

9

10

11

12

13
14

15

===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

[Doujin] Yuubari and Admiral Quattro

Disclaimer:
Blog ini hanya memposting ulang halaman-halaman doujin/manga Kantai Collection ke dalam Bahasa Indonesia. Hak cipta doujin/manga ini adalah mutlak milik kreator asli judul masing-masing. Pihak Kantai Collection official adalah Kadokawa Games yang bekerja sama dengan DMM.com

source: https://danbooru.donmai.us/pools/8403

===============================================

1

2

3

4

5

6

7

8
9


===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Monday 18 May 2015

Mengenal Lebih Dekat Para Kanmusu: Shigure

Source
PENGENALAN

Shigure adalah 'putri kedua' dari kesepuluh bersaudari kapal perusak kelas Shiratsuyu, kakak dari Yuudachi, dan merupakan kapal pertama yang dibuat oleh IJN di bawah nama "Circle-One Program" (Maru Ichi Keikaku). Ia pertama kali mulai dibangun di Uraga Dock Company pada tanggal 9 Desember 1933, diluncurkan pertama kali pada 18 Mei 1935, dan ditugaskan pertama kali pada 7 September 1936.

Setelah kelahiran Fubuki yang mengguncang dunia hampir satu dekade yang lalu, kelahiran Shigure yang menyempurnakan sedikit lagi kelemahan desain dari kakaknya, Shiratsuyu, menjadikannya sebagai kapal perusak terkuat di dunia pada saat itu. Kesepuluh kapal kelas Shiratsuyu ini didesain serta diproyeksikan untuk menemani pasukan utama Jepang untuk pertempuran torpedo baik di siang maupun malam hari, melawan angkatan laut Amerika di Samudera Pasifik.


SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Kapal perusak kelas Shiratsuyu pada awalnya didesain untuk menjadi 'adik lanjutan' dari kelas Hatsuharu. Namun sejak Insiden Tomozuru yang membuktikan kesalahan desain dari kelas Hatsuharu, dimulailah pembangunan kapal perusak kelas versi modifikasi dari kelas Hatsuharu yang akan menjadi awal dari kelas Shiratsuyu. Semua desain kapal kecuali bagian mesin diperbaiki dalam prosesnya.

Setahun setelah Insiden Tomozuru, terjadilah Insiden Armada Keempat yang disebabkan oleh kesalahan pengelasan, dan problem ini juga dihilangkan pada saat pembuatan Shigure. Jika mengabaikan kapasitas pelayaran dan kecepatannya, kapal kelas Shiratsuyu merupakan kapal perusak yang benar-benar luar biasa. Mereka mengungguli kapal kelas Asashio, Kagerou, dan Yuugiri yang menurut standar dunia sudah berada di atas standar.


Namun demikian, mereka tidak berbuat banyak di berbagai front pertempuran seperti di Cina, karena mereka memang disimpan untuk menghadapi perang besar yang akan dimulai oleh Jepang beberapa tahun setelah kelahiran Shigure.



SEJARAH PERANG DUNIA II

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor (1941), Shigure baru saja ditempatkan ke dalam Divisi Destroyer 27 dan menjadi bagian dari Skuadron Destroyer 1 dibawah Armada Pertama IJN. Ia ditugaskan untuk melakukan patroli dengan menjadi kapal perusak anti kapal selam di perairan Jepang, dan juga melindungi Armada Utama IJN.

Pada awal tahun 1942, Shigure ditugaskan untuk mengawal Zuihou ke Davao, serta Shoukaku dan Zuikaku ke Truk. Pada tanggal 7 Mei, Shigure mendapatkan pengalaman perangnya pertama kali di Pertempuran Laut Karang dan menjadi bagian dari armada pengawal Admiral Takeo Takagi. Pada Pertempuran Midway yang terjadi pada 4-6 Juni 1942, ia menjadi bagian dari armada invasi Kepulauan Aleutians dibawah Admiral Shiro Takasu dengan kode Operation AL.

Setelah kekalahan signifikan di Midway, Shigure dipindahkan ke Armada Kedua IJN pada tanggal 14 Juli 1942. Pertengahan bulan Agustus, Shigure mengawal armada tersebut ke Truk. Dan kemudian ia ditugaskan untuk melindungi jalannya proses transportasi tentara marinir untuk menginvansi Makin Atoll setelah terjadinya Penyerbuan Makin. Pada bulan September, Shigure mulai berbasis di Jaluit, dan membantu menaklikkan Abemama di Kepulauan Gilbert dan Ndeni di Kepulauan Santa Cruz. Setelahnya ia kembali mengawal konvoi tentara dari Palau ke Rabaul.

Dalam jangka waktu antara bulan Oktober dan November, Shigure melakukan 8 kali "Tokyo Express"; transportasi tentara Jepang ke Guadalcanal. Pada tanggal 12-13 November 1942, malam harinya di Pertempuran Guadalcanal Pertama, Shigure merupakan bagian dari armada pengamatan jarak jauh dan tidak terlibat dalam perang. Namun, nantinya ia akan menyelamatkan kru kapal perang Hiei yang selamat dan mengetahui kabar bahwa adiknya, Yuudachi, gugur dalam perang tersebut.

Sepanjang hidupnya, Shigure banyak terlibat dalam "Tokyo Express", yaitu operasi konvoi untuk transportasi logistik dan tentara dari Jepang ke Pasifik Selatan dan Asia Tenggara. Pada pertengahan Mei 1943, ia mengawal Musashi dari Truk kembali ke Yokosuka dan kemudian kembali lagi ke Truk pada 21 Juni 1943. Pada bulan Juli, ia ditugaskan untuk menemani kapal penjelajah ringan Nagara untuk melakukan beberapa misi 'rahasia' di Kepulauan Solomon, dan dikembalikan ke dalam Armada Kedua IJN pada tanggal 20 Juli.
 Selama Pertempuran Vella Gulf pada tanggal 6-7 Agustus 1943, Shigure adalah satu-satunya kapal perusak IJN yang selamat. Selama Pertempuran Horainu pada tanggal 17-18 Agustus, Shigure kembali berhadapan dengan beberapa kapal perusak Amerika sambil harus mengawal misi Tokyo Express-nya ke Vella Lavella, dan ia berhasil melakukannya tanpa kerusakan sedikit pun. Ia juga mengawal evakuasi tentara Jepang di Vella Lavella pada tanggal 6–7 Oktober dan berkontribusi dengan nyaris menenggelamkan USS Selfridge (DD-357). Selama sisa bulan Oktober, ia kembali melakukan 4 kali Tokyo Express di Papua Nugini.

Pada Pertempuran Teluk Empress Augusta, 2 November 1943, ia dan Sendai harus berhadapan dengan armada Amerika yang terdiri dari kapal penjelajah ringan dan kapal perusak. Pada pertempuran itu, Shigure berhasil selamat namun tidak halnya dengan Sendai.

Bulan Januari 1944, Shigure mengawal kapal pemasok makanan Irako dari Yokosuka ke Truk. Dan di awal Februari ia mengawal konvoi tanker minyak dari Truk ke Tarakan dan Balikpapan. Ia menderita kerusakan parah pada saat terjadinya serangan udara di Truk oleh pesawat-pesawat Amerika. Oleh karenanya, ia dibawa kembali ke Sasebo pada tanggal 22 Maret 1944 dan meriam utama keduanya digantikan oleh sepasang senapan mesin anti udara Tipe 96 berlaras tiga. Setelah selesai diperbaiki pada 11 Mei 1944, ia kembali mengawal Musashi dan kapal induk Chitose, Chiyoda, dan Zuihou ke Tawitawi dan Davao.

Bulan Juni 1944, ia dilibatkan dalam "Operation KON" sebagai bagian dari armada bala bantuan Jepang untuk merespon invasi Amerika ke Kota Biak, Papua. Namun, Shigure harus kehilangan adiknya kembali, Harusame, dan menyelamatkan 110 kru adiknya itu. Kemudian, menggantikan Harusame, Shigure bertempur sendirian melawan satu armada Amerika yang terdiri dari beberapa kapal penjelajah ringan dan kapal perusak. Di situ ia harus menerima tembakan dua peluru meriam Amerika, yang menewaskan 7 krunya dan melukai 15 lainnya.



Pada tanggal 19-20 Juni 1944, Shigure ikut serta dalam Pertempuran Laut Filipina sebagai bagian dari "Pasukan B" dari Admiral Takatsugu Jojima. Ia ditugaskan untuk membantu misi penyelamatan kru kapal induk Hiyou yang tenggelam di situ. Pada bulan Juli, ia kembali ditugaskan untuk mengawal konvoi tentara dari Kure ke Okinawa, dan pada bulan Agustus menemani Kinu dalam misi transportasi logistik dari Singapura ke Brunei, Manila, dan Palau.

Pada bulan Oktober 1944, Shigure berangkat dari Lingga, Riau menuju Pertempuran Teluk Leyte pada tanggal 22-25 Oktober. Ia menderita rusak ringan dari satu pesawat pembom yang menghancurkan meriam utamanya, dan menewaskan 5 kru dan melukai 6 lainnya.

Shigure menderita kerusakan lebih parah lagi pada Pertempuran Selat Surigao, dimana sebuah tembakan meriam mengenainya dan beberapa tembakan meriam yang nyaris mengenai badan utamanya merusak radio, kompas, dan sistem kemudinya. Namun, ia menjadi satu-satunya kapal yang selamat dari Armada Nishimura atau "Armada Selatan", di bawah perlindungan Yamashiro yang adalah flagship-nya.

Shigure dipaksa untuk kembali ke Sasebo untuk menjalani perbaikan dan remodel pada bulan November, dan di perjalanan ia sekaligus menenggelamkan USS Growler pada tanggal 8 November. Kemudian ia dipindahkan ke dalam Armada Kelima IJN pada tanggal 15 November dan kembali ke Armada Kedua IJN pada 20 November. Pada tanggal 17 Desember ia meninggalkan Kure, bersama dengan kapal induk Unryuu, menuju Manila. Sekali lagi, Shigure harus menyaksikan kapal yang dilindunginya harus tenggelam kembali oleh USS Redfish dan menyelamatkan 146 kru Unryuu yang selamat.

Pada tanggal 25 Januari 1945, Shigure yang saat itu bertugas untuk mengawal konvoi dari Hong Kong ke Singapure tenggelam oleh torpedo yang dilepaskan oleh kapal selam USS Blackfin di Teluk Siam, sekitar 260 km ke arah Timur dari Kota Bharu, Malaya. Shigure tenggelam perlahan-lahan, dan berkat itu 270 kru kapalnya berhasil melarikan diri dan diselamatkan oleh kapal kargo Kanju dan Miyake.


KOMENTAR ILUSTRATOR SHIGURE DI FAMITSU

Dengan persenjataan anti pesawat barunya yang kuat, Shigure menembak jatuh banyak sekali pesawat Amerika (mungkin terbanyak kedua setelah Akizuki di serangkaian ). Dan bahkan meskipun saat itu jumlahnya berkurang daripada sebelumnya, torpedo yang ditembakkan Shigure berhasil menenggelamkan banyak kapal musuh dan bahkan kapal selam. Shigure adalah kapal yang benar-benar hebat. Namun, karena itu jugalah, kehebatan spesifikasinya melanggar poin-poin dalam London Naval Treaty. Fakta ini terus disembunyikan dari pengawasan negara-negara lain, sampai berakhirnya PD II.

Shigure adalah kapal yang memiliki pencapaian luar biasa dan di kalangan angkatan laut Jepang, julukan legendaris seperti "Shigure dari Sasebo" masih bertahan sampai sekarang dan menjadi legenda. Walaupun masa tugasnya terbilang sebentar, Komandan Hara Tameichi yang merupakan salah satu penulis manual militer terkenal pada saat itu dapat menguraikan segala sesuatunya tentang Shigure dalam bahasa yang mudah dipahami sepanjang 72 halaman penuh. Prestasi Shigure yang didapatkan dari Pertempuran Teluk Vella, Pertempuran Horainu, dan Pertempuran Laut Bella Lavella membuat namanya terkenal di kalangan keluarga Kekaisaran Jepang juga.

Di buku yang ditulis Hara Tameichi, kita juga bisa membaca percakapan antar para kru ketika mereka sedang minum-minum bersama sebelum dan sesudah PD II. Di sana ada percakapan saling ejek antara Hara Tameichi (saat itu Kolonel) dan Letnan Komandan Yamagami, kapten kapal Shigure: “Kalau Yukikaze itu sukebei (mesum) maka Shigure itu nonbei (tukang minum)”. Setelahnya, Hara ditugaskan menjadi kapten kapal Yahagi.

Menjadi kapal yang beruntung karena telah melewati banyak pertempuran juga berarti bahwa ia harus menanggung takdir menjadi saksi akhir dari banyak rekan yang telah berjuang bersamanya. Beberapa kasus membuatnya harus menjadi satu-satunya yang selamat, namun menurutku tragedi yang terburuk adalah ketika ia ditugaskan ke Armada Nishimura yang bertempur di Selat Surigao pada malam hari. Semua rekannya di armada raksasa seperti itu tenggelam satu per satu di depan kedua matanya: Fusou, Yamashiro, Mogami, Michishio, Yamagumo dan Asagumo.

Jika ada kalimat-kalimat melankolis dan sedih dari monolog-monolognya di Kantai Collection, aku pikir itu pasti berasal dari ingatan sejarahnya sebagai kapal perang.


===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Mengenal Lebih Dekat Para Kanmusu: Kaga

Source
PENGENALAN

Pada awalnya, Kaga merupakan kapal ketiga dari serangkaian kapal yang akan dibangun dalam "Program 88" dan direncanakan untuk menjadi salah satu dari dua kapal perang penjelajah kelas Tosa, pada tanggal 17 November 1921. Namun, sama seperti Akagi, ia terpaksa diubah menjadi kapal induk oleh karena beberapa hal seperti Washington Naval Treatry dan Gempa Bumi Kanto yang menyebabkan Amagi rusak parah dan tak bisa diubah lagi menjadi kapal induk. Pada tanggal 13 Desember 1923, Kaga dipilih untuk menggantikan Amagi namun baru bisa mulai dikonversi pada tahun 1925 dan diresmikan untuk mulai bertugas pertama kalinya pada 31 Maret 1928.


SPESIFIKASI

Karena kapal perang penjelajah kelas Tosa pada awalnya di desain sebagai bentuk sempurna dari kapal perang kelas Nagato, spesifikasi fisiknya lebih besar daripada Nagato. Namun, panjangnya lebih pendek daripada Akagi dengan alasan untuk mengurangi risiko terkena serangan meriam. Kecepatan maksimalnya pun hanya 28 knot, membuat Kaga dinobatkan sebagai kapal induk paling lamban yang dimiliki oleh IJN.

Terlebih lagi, Kaga memiliki masalah lain terkait desain dari tiga lapis dek penerbangannya dan corong asapnya dan membuatnya memiliki julukan sebagai "Mesin Pemanggang Yakitori Untuk Burung Laut"

Untuk memecahkan masalah tersebut, Kaga menjalani remodel besar-besaran yang dimulai pada tahun 1933 dan selesai pada tahun 1935. Setelah remodel itu, Kaga memiliki landasan pacu penerbangan yang lebih panjang dan mengadopsi desain corong asap yang sama dengan Akagi. Lorong-lorongnya diperbesar, kapasitas pesawat tempur dan tangki bahan bakarnya diperbesar juga, sehingga meningkatkan jarak operasionalnya. Berdasarkan spesifikasi remodel pada saat itu, Kaga bisa dikatakan sebagai salah satu kapal induk tercanggih di masanya.


SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Pada tanggal 30 November 1929, satu setengah tahun sejak resmi ditugaskan oleh IJN, Kaga bergabung ke dalam Armada Gabungan (Rengo Kantai) sebagai kapal induk ketiga di dalamnya menyusul Houshou (1922) dan Akagi (1927).

Kaga menjalani perang pertamanya pada saat terjadinya Insiden Shanghai Pertama, dimana pada tanggal 1 Desember 1931 ia menjadi flagship untuk Divisi Kapal Induk I dengan misi untuk memberikan perlindungan udara dan pengawalan bagi pasukan invasi Jepang. Bersama dengan Houshou, pada tanggal 29 Januari 1932, Kaga berangkat ke perairan Laut Cina Timur untuk menjalankan misi tersebut. Pada masa itu, pesawat bomber B1M3 yang dibawa Kaga dan Houshou merupakan andalan Jepang dalam konflik tersebut. Dan, oleh karena gencatan senjata pada bulan Maret 1932, Kaga dan Houshou diperintahkan untuk kembali ke Jepang.

Pada saat itu, doktrin alur pertempuran IJN mulai dibangun dengan beberapa kali menggunakan data pertempuran Kaga sebagai bahan uji cobanya (dimana ini juga akan menjadi basis urut-urutan alur pertempuran di game Kantai Collection). IJN berpendapat bahwa kapal induk harus memprioritaskan serangan ke kapal-kapal perang dengan pesawat torpedo dan bombernya, setelah sebelumnya memastikan terjadinya status "Air Superiority" saat terjadi kontak dengan armada musuh. Hal ini dipengaruhi oleh gabungan doktrin bahwa "Siapa yang menyerang lebih dahulu akan menang," dan "Yang menguasai udara lebih dahulu, dialah yang akan mengatur jalannya perang."

Saat selesai diremodel, Kaga kembali bertugas pada 1935 tepatnya sebagai bagian dari Divisi Kapal Induk II untuk menghadapi Perang Sino-Japanese Kedua pada tahun 1937 sampai dengan 1941. Pengalaman para kapal induk Jepang di perang tersebut semakin menguatkan doktrin kapal induk yang dikembangkan oleh Jepang, dengan tambahan pelajaran bahwa betapa pentingnya menekankan kekuatan udara dari angkatan laut di kancah dunia.

Oleh karena itu, pada bulan April 1941, IJN membentuk Armada Udara Pertama (Kido Butai) yang terdiri dari Divisi Kapal Induk I (Akagi-Kaga), Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu), dan Divisi Kapal Induk V (Shoukaku-Zuikaku). Inti dari strategi yang dipakai armada ini adalah sebagai berikut. Daripada menyerang armada musuh dengan prinsip kemandirian dari masing-masing kapal induk untuk bertindak, akan lebih baik jika semua kapal induk melepaskan bala tentara pesawatnya dalam waktu bersamaan. Dengan begitu kekuatan udaranya akan terasa lebih masif dan memiliki kekuatan untuk menembus pertahanan udara musuh dengan mudah dan melancarkan serangan ke kapal induk musuh untuk memaksa pesawat-pesawat musuh untuk melindungi kapal induknya sendiri daripada menyerang armada kapal induk IJN.

Namun, strategi yang menempatkan keenam kapal induk utama ini berdekatan satu sama lain seperti ini juga akan membuat mereka rentan menjadi bulan-bulanan musuh jika kekuatan udaranya kalah. Maka, dirancanglah formasi yang mirip persegi sama sisi, dimana jarak antar kapal induk yang ada adalah sama lebarnya satu sama lain. Kemudian juga ditunjuklah beberapa kapal perusak untuk menjadi kapal pengawal mereka, dalam hal ini Akebono dan Ushio menjadi pengawal Akagi dan Kaga pada saat itu. (formasi ini ada di dalam mekanisme game Kantai Collection dengan nama Diamond Formation ketika player menggunakan sistem Combined Fleet dalam event-event musiman)


SEJARAH PERANG DUNIA II

November 1941, Kaga bersama dengan para kapal induk di Kido Butai IJN mulai menjalankan operasi penyerangan ke Pearl Harbor. Mereka semua berkumpul di Pantai Hitokappu pada 19 November 1941, dan berangkat dari sana ada 26 November 1941. Untuk operasi tersebut, Kaga membawa 18 unit pesawat fighter Mitsubishi A6M Zero, 27 unit pesawat torpedo Nakajima B5N, dan 27 unit pesawat bomber Aichi D3Al; ditambah dengan 3 unit cadangan untuk masing-masing jenis pesawat.

Pesawat-pesawat yang diluncurkan oleh Kaga mengklaim berhasil menyerang 6 kapal perang Amerika (tidak sampai tenggelam), 1 pangkalan udara Amerika, 1 pesawat tempur di udara dan 20 pesawat tempur di darat. Sementara itu, Kaga kehilangan 5 pesawat torpedo, 4 pesawat fighter, dan 6 pesawat bomber dan korban jiwa sebanyak 31 orang. Sebuah ironi ketika kapal induk yang memiliki spesifikasi superior justru memberikan hasil yang paling mengecewakan daripada kelima kapal induk lainnya.

Pada bulan Januari 1942, Kaga berpartisipasi dalam misi pemboman dan perlindungan udara pada operasi invasi ke Rabaul di Kepulauan Bismarck. Namun pada tanggal 9 February, Kaga menabrak sekumpulan karang laut di Palau dan menyebabkan kecepatannya turun lagi menjadi 18 knot. Setelah menjalani perbaikan sementara, Kaga (bersama-sama dengan Akagi, Souryuu, dan Hiryuu) menuju ke Laut Timor dimana pada tanggal 19 Februari 1942 ia menyerang Port Darwin, Australia dari titik 190 km ke arah tenggara dari bagian paling Timur Pulau Timor. Dalam serangan kejutan itu, 8 kapal berhasil ditenggelamkan, 14 kapal rusak parah, dan Kaga hanya kehilangan 1 pesawat torpedo.

Pada tanggal 5 Maret 1942, Kaga dari arah perairan Australia membantu dalam proses invasi pulau Jawa dimana ia mengerahkan 27 pesawat pembom B5N dan 9 pesawat fighter Zero ke Cilacap, Jawa Barat dan menenggelamkan 8 kapal dagang Belanda serta menyerang belasan unit depot serangan anti udara dan sebuah gudang senjata, tanpa kehilangan satu pesawat pun. Serangan Kaga tersebut sekaligus menutup semua opsi pasukan Belanda untuk melarikan diri ke Australia, dan membuat Belanda menyerah pada Jepang pada bulan itu juga. Dengan demikian, Hindia Belanda (Indonesia) jatuh ke tangan Kekaisaran Jepang.

Namun, Kaga tidak bisa berpartisipasi di penyerangan Samudera Hindia (India) pada bulan Aprilnya karena kerusakan yang ia alami bulan Februari lalu di Palau. Kaga pulang ke Jepang dan diperbaiki di Sasebo sampai dengan tanggal 4 Mei 1942. Pada masa ini, Admiral Yamamoto khawatir dengan adanya serangan kapal induk Amerika di Kepulauan Marshall dan Lae-Salamaua. Oleh karena itu, Yamamoto berencana untuk menginvasi Pulau Midway dengan tujuan untuk menarik keluar pasukan kapal induk Amerika. Misi tersebut akan dinamakan sebagai Operation MI, yang sekaligus akan menjadi pertempuran terakhir Kaga dan ketiga kapal induk lainnya.



Tanpa disadari oleh pihak Jepang, angkatan laut Amerika telah berhasil memecahkan kode sinyal intelejen dari Operation MI dan merencanakan penyergapan dengan tiga kapal induknya yang ditempatkan di bagian Timur Laut Midway. Ditambah dengan kesalahan strategi Admiral Nagumo yang tetap memprioritaskan persiapan pesawat-pesawat di keempat kapal induk dengan torpedo, alih-alih menggunakan bomber ketika mengetahui bahwa ketiga kapal induk Amerika mulai bergerak, takdir keempat kapal induk Kido Butai pun terkunci.

Pada pukul 07:22 JST, serangan ke Kaga dimulai. Semua pesawat Amerika memprioritaskan serangan mereka ke arah Kaga, dan ia terkena 4 bom yang menghasilkan ledakan di gudang senjata serta tangki bahan bakar dan menyebabkan kebakaran yang tak dapat dikendalikan. Setelah itu, Souryuu dan Akagi juga diserang, dan terakhir adalah Hiryuu yang masih sempat berjuang sampai saat terakhir karena strategi terpisah yang diterapkan Admiral Tamon Yamaguchi.

Dalam tragedi itu, dikatakan bahwa Kaga yang menderita kerusakan dan korban jiwa paling tinggi. Kurang lebih kru yang tercatat tewas bersama dengan Kaga adalah 811 jiwa, kebanyakan merupakan mekanik pesawat dan persenjataan yang berada di hangar dek penerbangan serta teknisi kapal. Banyak diantara mereka terjebak di bawah tungku pemanas dan ruang mesin oleh karena kebakaran besar yang terjadi di dek penerbangan di atas mereka. 21 aviator juga tewas dalam prosesnya.
 
Karena tidak dapat memadamkan kebakarannya, para kru Kaga yang selamat ditampung oleh kapal perusak Hagikaze dan Maikaze antara pukul 14:00 dan 17:00 JST. Sekitar pukul 19:25, Kaga ditenggelamkan oleh torpedo dari Hagikaze, Nowaki, dan Makigumo. Letnan Muda Takeshi Maeda, seorang pilot B5N dari Kaga yang diselamatkan oleh, mendeskripsikan adegan tersebut demikian:
"Para rekanku menarikku naik ke dek kapal agar aku bisa melihat sendiri saat-saat terakhir kapal induk kami yang tercinta. Walau pun sekujur tubuhku merasa sakit karena luka dimana-mana, air mataku mulai mengalir turun ke pipiku, dan semuanya di sekitarku juga menangis. Itu adalah pemandangan yang sangat menyedihkan. Kami gagal melindungi kapal tercinta kami yang selalu menjadi rumah bagi kami untuk pulang."
Tenggelamnya Kaga beserta tiga kapal induk lainnya di Midway, dan juga pesawat-pesawat terbaik dan pilot-pilot veteran yang berpengalaman, merupakan kekalahan strategis bagi Jepang dan akan berdampak besar untuk kekalahan Jepang di masa depan.


===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Saturday 16 May 2015

Mengenal Lebih Dekat Para Kanmusu: Akagi

Source

PENGENALAN

Akagi adalah satu-satunya kapal induk kelas Akagi, kapan induk kedua yang dimiliki IJN setelah Houshou, dan yang pertama dipanggil sebagai 'kapal induk armada' dari IJN. Pada awalnya ia pertama kali mulai dibuat pada tanggal 6 Desember 1920 di Kure Naval Arsenal sebagai kapal perang penjelajah kelas Amagi. Pembuatannya terhenti sementara akibat penandatanganan Washington Naval Treaty pada tanggal 6 Februari 1922, yang membatasi total berat volume dari setiap kapal perang dan kapal perang penjelajah yang ada di dunia saat itu.

Namun, perjanjian itu mengizinkan IJN untuk mengubah para kapal perang penjelajah IJN kelas Amagi menjadi para kapal induk. Amagi dan Akagi awalnya dipilih untuk diubah menjadi kapal induk dalam program rekonstruksi 1924. Budget sebesar 24,7 juta Yen (pada saat itu) adalah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Akagi sebagai kapal perang penjelajah. Jepang terlanjur menghabiskan 8 juta Yen sebelum terjadinya keputusan tersebut, dan Kongres Perwakilan Rakyat Jepang menyetujui penambahan budget sebesar 90 juta Yen untuk proses konversi tersebut.

Pada tanggal 1 September 1923, terjadilah Gempa Bumi Kanto yang amat dahsyat dimana lambung kapal Amagi rusak berat dan tidak dapat diperbaiki lagi. Akhirnya, Amagi harus di-besi tua-kan dan menjadi material pengganti untuk Akagi (dan Kaga juga nantinya). Pada tanggal 19 November 1923, Akagi memulai proses konversinya menjadi kapal induk dan sudah mulai diklasifikasikan sebagai kapal induk sejak 21 November 1923. Peluncuran pertamanya dilakukan pada tanggal 22 April 1925, dan segera dipindahkan ke Yokosuka Naval Yard setelah diselesaikan. Ia resmi ditugaskan mulai 25 Maret 1927.

SPESIFIKASI

Berat volume airnya adalah sebesar 36.500 ton, dan 41.300 ton jika penuh. Ketebalan baja sabuk pelindungnya adalah 6 inch, sementara baja pelindung dek pesawatnya adalah 3,1 inch dan dilengkapi dengan tonjolan anti torpedo setebal 4 inch.

Akagi mencatat kecepatan sebesar 32.5 knot dalam percobaan pertamanya pada 17 Juni 1927. Ia dipersenjatai dengan 6 senapan kapal berlaras tunggal berdiameter 7.9 inch dan 50 kaliber, 6 meriam sudut tinggi berlaras ganda berdiameter 4.7 inch dan 45 kaliber, dan 14 senapan otomatis Tipe 96 berlaras ganda berdiameter 25mm.

Ia dilengkapi dengan 4 shaft dan 4 turbin bergerigi Kampon yang mampu menghasilan daya sebesar 133.000 tenaga kuda. Ia juga membawa bahan bakar minyak seberat 3.900 ton dan batu bara seberat 2.100 ton. Ia juga dipasang dengan 3 dek penerbangan yang saling bertumpukan yang membuatnya bisa meluncurkan pesawat-pesawatnya secepat mungkin. Dek penerbangan utamanya memiliki panjang 190,2 meter, sedangkan dek penerbangan tengahnya sepanjang 15 meter, dan dek penerbangan rendahnya sepanjang 55,02 meter. Jumlah pesawat yang bisa dia bawa awalnya adalah 60 pesawat dengan tambahan beban 150.000 galon avtur.

SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Sejak selesainya Akagi dibuat, ia langsung dimasukkan ke dalam Armada Gabungan Utama (Rengo Kantai), dimana susunan pesawat awalnya adalah 14 pesawat fighter Mitsubishi Type 10 1MF3 dengan 4 unit cadangan, 24 pesawat penyerang Mitsubishi Type 13 B1M dengan 4 unit cadangan, dan 12 pesawat mata-mata Mitsubishi Type 10 2MR. Setelah beberapa kali percobaan, statusnya berubah menjadi 'dicadangkan'. Ia kemudian dipindahkan ke dalam Divisi Kapal Induk I bersama dengan Houshou dan berpartisipasi dalam beberapa latihan manuver khusus. Ia kembali menjadi cadangan untuk menjalani sedikit penyesuaian di  Yokosuka Naval Yard. Mereka mengganti beberapa roda gigi mesin, memperbaiki sistem ventilasi, dan menambahkan sistem instrumen radio.

Ia kembali melanjutkan tugasnya di Divisi Kapal Induk I bersama dengan para kapal perusak Minekaze, Yakaze, Sawakaze dan Okikaze dari Divisi Destroyer 2. Ia kemudian dipindahkan dan ditetapkan sebagai flagship untuk Divisi Kapal Induk II bersama dengan Minekaze dan Okikaze. Ia kembali mendekam di Sasebo Naval Arsenal pada 24 Oktober 1935, untuk menjalani modernisasi besar-besaran.

Rekonstruksinya sebenarnya lebih ringan dan tidak seberat Kaga, namun membutuhkan waktu lama karena adanya kebijakan pengurangan belanja negara ke bidang milter dan persenjataan oleh Perdana Menteri Takahashi Korekiyo yang khawatir akan adanya bahaya overheating economy (ekonomi yang terlalu superior sehingga menyebabkan inflasi yang tidak terkontrol). Kebijakannya menyulut kemarahan kaum nasionalis sehingga membuatnya dibunuh dalam "Insiden 26 Februari 1936" dan sejak saat itu perlengkapan pemerintahan Kekaisaran Jepang didominasi oleh kaum militeristik dan nasionalis. Perang Dunia II sebenarnya sudah mulai terlihat sejak saat itu, dimana modernisasi Akagi dijadikan simbol batu fondasi pertama untuk persiapan perang dengan Amerika. Namun, kebijakan ekonomi pemerintah yang menerapkan kebijakan kontrol harga daripada mengurangi anggaran belanjanya kelak akan menimbulkan masalah inflasi sampai dengan berakhirnya Perang Dunia II.

Akagi selesai menjalani modernisasi pada 31 Agustus 1938. Dan setelah menjalani berbagai percobaan, ia kembali dimasukkan ke dalam Divisi Kapal Induk I yang dikawal oleh kapal perusak Oite, Hayate, Asanagi, dan Yuunagi dari Divisi Destroyer 29. Akagi berangkat dari Sasebo ke kawasan Cina Selatan segera setelahnya, dimana pasukan aviasinya terdiri dari 12 unit fighter Mitsubishi A5M Type 96 dengan 4 unit cadangan, 18 unit dive bomber Aichi D1A2 dengan 5 unit cadangan, dan 36 unit pesawat serang Yokosuka B4Y dengan 16 unit cadangan.

Ia tiba di Pulau Hainan dan memberikan dukungan untuk operasi angkatan darat yang meliputi penyerangan ke Guilin dan Liuzhou. Ia memberikan perlindungan udara untuk pasukan invansi yang mendarat di Pantai Samah bersama dengan Souryuu dan Hiryuu dari Divisi Kapal Induk II, dan  Seaplane Tender Chiyoda yang dikawal oleh Skuadron Destroyer 1.

Setelah kembali sebentar ke Jepang, ia kembali dikirim ke Cina dimana pasukan aviasinya bertambah menjadi 18 unit fighter A5Ms dengan 6 unit cadangan, 27 unit torpedo bomber Nakajima B5N dengan 9 unit cadangan, dan 18 unit dive bomber D1A2s dengan 6 unit cadangan. Selain operasi militer Jepang ke Cina, ia juga membantu operasi IJA di bagian Pasifik Selatan.

Pada tanggal 10 April 1941, ia ditempatkan dan diposisikan sebagai flagship Divisi Kapal Induk I ditemani oleh Kaga, dan dikawal oleh kapal perusak Akebono dan Ushio dari Divisi Destroyer 7. Lalu Divisi Kapal Induk I digabung dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu + Kikuzuki-Uzuki) dan Divisi Kapal Induk IV (Ryuujou) menjadi satu kesatuan Armada Udara Pertama IJN.


SEJARAH PERANG DUNIA II

Pada tanggal 22 November 1941, Akagi tiba di Pulau Etorofu (Pulau Iturup) dan melakukan perencanaan bersama-sama dengan kapal induk lainnya untuk menyerang Pearl Harbor. Mereka mengganti komposisi pesawatnya lagi menjadi 18 fighter Mitsubishi A6M2 Type 0, 27 torpedo bomber Nakajima B5N2 Type 97, dan 18 dive bomber Aichi D3A1.

26 November 1941, Divisi Kapal Induk I ditempatkan ke dalam Armada Kido Butai bersama dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu) dan V (Shoukaku-Zuikaku). Mereka dikawal oleh 2 kapal perang, 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal perusak, ditambah dengan with 8 tanker, 23 kapal selam, dan 4 kapal selam mini. Akagi menjadi flagship dari Wakil Admiral Nagumo. Mereka semua berangkat dari Pantai Hitokappu dan pergi untuk menyerang Pearl Harbor.

Selama penyerangan ke Pearl Harbor, pasukan pesawat Akagi berkontribusi menenggelamkan 6 kapal perang, 1 kapal penjelajah ringan, 1 tanker minyak, 1 destroyer, dan menghancurkan 3 pangkalan udara. Sedangkan Akagi kehilangan 1 pesawat fighter dan 4 dive bomber selama dua gelombang penyerangan tersebut.

Setelah Perl Harbor, Divisi Kapal Induk I dan V berangkat dari Iwakuni ke Truk bersama dengan Divisi Kapal Perang III, Skuadron Destroyer 1, Divisi Destroyer 18, dan Akigumo. Mereka berangkat dari Truk dengan Divisi Penjelajah 8, dimana Akagi membantu dalam operasi invasi ke Rabaul dengan memberikan perlindungan udara untuk para pasukan invasi.

Akagi juga berpartisipasi dalam penyerangan ke Port Darwin, Australia, bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal perusak. Penyerangan itu menenggelamkan 8 kapal, merusak 9 kapal, 15 pesawat tertembak jatuh, dan tanpa kehilangan pesawat satu pun. Kido Butai juga membantu dalam memberikan perlindungan udara selama invasi ke Pulau Jawa.

Akagi hadir dalam operasi penyerangan ke India dan Ceylon bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan V, dikawal oleh 4 kapal perang, 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, dan 8 kapal perusak. Selama operasi tersebut, 9 dive bomber Bristol Blenheim MK-IV dari Skuadron Udara ke-18 RAF yang berbasis di Colombo menjatuhkan bom ke Akagi. Lima bom luput mengenai Akagi, tiga di antaranya ditembak oleh patroli pesawatnya, dan satu ditembak oleh fighter A6M2 yang kembali. Serangan itu membuat Akagi menjadi kapal induk pertama di Kido Butai dan di dunia yang diserang secara langsung dalam pertempuran sejak dimulainya Perang Dunia II.

Pada tanggal 27 May 1942, ia berangkat dari Hashirajima untuk invasi ke Midway bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh kapal perang cepat Haruna dan Kirishima, kapal penjelajah berat Tone dan Chikuma, kapal penjelajah ringan Nagara, dan kapal perusak Nowaki, Arashi, Hagikaze, Maikaze, Yuugumo, Kazagumo, Makigumo, Urakaze, Tanikaze, Isokaze, dan Hamakaze. Akagi menjadi flagship lagi di bawah pimpinan Wakil Admiral Nagumo.

Pertempuran Midway disebut-sebut sebagai titik balik pertama dari perang pasifik ini. Di pertempuran ini, IJN kehilangan keempat kapal induk utamanya, dan Akagi adalah salah satunya. Akagi rusak parah oleh para pesawat pembom selagi ia melakukan resupply untuk pesawat-pesawatnya dan bermacam-macam amunisi tersebar keluar dari gudang senjatanya. Namun demikian, Akagi tidak langsung tenggelam. Akagi bertahan beberapa jam lamanya untuk tidak tenggelam bahkan setelah semua kru-nya dievakuasi. Admiral Yamamoto Isoroku ingin membawa Akagi pulang bagaimana pun caranya, namun karena tidak ada cara-cara yang bisa sukses, maka ia terpaksa memerintahkan Maikaze dan semua Divisi Destroyer 4 untuk menembakkan torpedo dan menenggelamkan Akagi.

Akagi tenggelam pada tanggal 5 Juni 1942, di Midway Atoll.


KOMENTAR ILUSTRATOR AKAGI DI FAMITSU

Kapal Induk Pertama Setiap Pemain

Pastinya si Akagi ini menjadi kapal induk perdana bagi setiap admiral di sini, bukan? Akagi bisa didapatkan setelah menyelesaikan satu quest tertentu, dan kehadirannya sangat membantu para admiral pemula. Tanpa kalian sadari, kemampuan menemukan musuh, serangan pendahuluan, dan kekuatan udara nya yang besar langsung menjadikannya sebagai inti dari armada utama kita dalam menembus berbagai map di KanColle.

Konsumsi Sumber Daya Yang Besar

Ketika berbicara tentang Akagi, julukan seperti “Makan nasi putih terus sejak lahir", atau "Goro-chan nya dunia KanColle" akan langsung teringat. Tapi memang kenyataannya, perawatan kapal induk memang sangat mahal. Dua ribu kru harus merawat semua pesawatnya, yang merupakan teknologi paling maju pada zaman itu, dan juga merawat dek penerbangannya sambil mengoperasikannya pada waktu bersamaan. Bahkan di zaman sekarang, tidak semua negara bisa mempunyai dan mengoperasikan kapal induk di angkatan laut mereka.

"Zettai Ryouiki" dan Corong Yang Menghadap Ke Bawah

Jika kalian melihat ke bagian pinggang Akagi, kalian bisa melihat corong tungku pemanas yang menghadap ke bawah. Desain eksentrik ini dimaksudkan agar asap pembakaran dari tungku pemanas Akagi tidak akan mengganggu dek penerbangannya. Namun, para kru protes karena mereka tidak bisa membuka jendela gara-gara asap tersebut. Untuk istilah "Zettai Ryouiki", aku pikir tidak ada kata-kata yang dibutuhkan lagi. Ucapkan 'Banzai!' untuk para kanmusu yang memakai kaos kaki setinggi lutut, karena kaki mereka memang sangat indah untuk dipandang. (lol)


===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.

Tuesday 12 May 2015

Mengenal Lebih Dekat Para Kanmusu: Jintsuu

Source
PENGENALAN

Jintsuu adalah 'adik' dari Sendai, atau kapal kedua dari lini kelas Sendai. Pada saat itu, kelas Sendai merupakan kapal penjelajah ringan Jepang seberat 5.500 ton yang paling modern. Sebagai bagian dari program "Armada 88", pembangunannya dimulai pada 4 Agustus 1922 di Kobe tepatnya di Galangan Kapal Kawazaki.

Aslinya, ia direncanakan menjadi kapal ketiga dari kelas Sendai. Namun, Naka yang pada saat itu direncanakan sebagai kapal kedua kelas Sendai dan sedang dibangun di Yokohama, justru rusak parah akibat bencana alam Gempa Bumi Kanto pada 1923. Oleh karenanya, Jintsuu menjadi kapal kedua kelas Sendai.

Saat Perang Dunia II dimulai, armada kapal penjelajah ringan milik Jepang bisa dikatakan sudah ketinggalan zaman. Namun, sampai selesai dibangunnya kapal kelas Agano, kelas Sendai tetap menjadi ujung tombak IJN di kawasan Pasifik.


SPESIFIKASI

Kapal kelas Sendai memiliki fitur unik berupa empat tungku yang tidak bisa ditemukan di kelas-kelas lainnya. Desain semacam ini dikarenakan oleh sebuah prediksi pada awal program "Armada 88", bahwa akan terjadi defisit minyak bumi di Jepang pada saat satu dekade mendatang. Jadi desain ini dipilih untuk mendayagunakan mesin pembakaran hybrid minyak-batu bara secara optimal. Dan ketiga kapal kelas Sendai memiliki spesifikasi persenjataan yang sama. Lihat ke sini untuk melihat spesifikasi persenjataan kapal kelas Sendai.


SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Menyadari keunggulan Amerika dalam hal jumlah dan sumber daya alam, Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menutupi kelemahan dalam hal kuantitas dengan melakukan latihan intensif siang-malam selama satu minggu penuh*.

Dalam salah satu latihan tersebut, sebuah kecelakaan yang langka terjadi. Pada tanggal 24 August 1927, saat latihan pertarungan malam berskala besar di tengah-tengah kegelapan, Jintsuu menabrak kapal perusak Warabi. Malang bagi Warabi karena tabrakan tersebut menyebabkan dirinya terbelah menjadi dua dan tenggelam. Sedangkan haluan kapal Jintsuu mengalami kerusakan parah. Naka yang beroperasi bersama-sama dengan Jintsuu mencoba untuk menghindari kecelakaan tersebut, namun ia justru menabrak kapal perusak Ashi. Insiden tabrakan berganda yang langka ini kelak dikenal sebagai Insiden Mihonoseki. Keduanya lalu dikawal oleh Kongou menuju galangan kapal perbaikan.

Karena insiden itu, Jintsuu harus mengalami perbaikan dan remodel dimana haluannya diperbaharui dan menciptakan model haluan dengan lekuk berganda. Kelak, haluan kapalnya akan menjadi model haluan kapal untuk kapal kelas Agano sebagai penerusnya.

Setelah mengalami perbaikan, Jintsuu langsung terlibat dalam Perang Sino-Japanese Kedua terutama untuk tugas pengawalan pendaratan pasukan marinir dan patroli di provinsi Shandong.

*) Setelah berakhirnya perang Jepang-Rusia, angkatan laut Jepang menambah porsi latihannya tanpa istirahat. Colonel Yuuzou Tsuru pernah berucap bahwa seolah-olah satu minggu bagi mereka terdiri dari [Senin, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Jumat]. Temannya menyebarkan berita ini dan menjadi isu paling populer bahkan di kalangan masyarakat awam pada saat terjadinya perang. Kapten kapal Jintsuu sendiri dikenal dengan sebutan "Pelatih Iblis", karena semua unit kapal destroyer yang berada di bawahnya dijamin akan mendapatkan porsi latihan yang dua kali lebih berat daripada jika berada di bawah komando Naka atau Sendai sekalipun.


SEJARAH PERANG DUNIA II

Satu dekade sampai menjelang meletusnya Perang Dunia II, Jintsuu ditugaskan sebagai flagship untuk Skuadron Destroyer 2, yang merupakan kekuatan serang utama dari armada gabungan IJN. Ia berada di posisi itu selama 10 tahun, sebagai pemimpin dan pelatih dari berbagai model kapal perusak yang datang silih berganti. Dan akhirnya, ia menjadi 'wajah' dari skuadron torpedo IJN sampai tirai pembukaan perang dimulai.

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor, Jintsuu ditempatkan di pangkalan Palau dan terlibat dalam invasi ke Mindanao, Filipina. Pada akhir Desember 1941, Jintsuu dipindahkan orientasi militernya dari Filipina ke Hindia Belanda dengan membawahi Divisi Destroyer 15 dan 16. Dan pada tanggal 9 Januari 1942, Jintsuu memulai penyerangannya ke pangkalan militer Belanda di Manado, Sulawesi. Berturut-turut Jintsuu dan armadanya melumpuhkan pangkalan militer Belanda di Ambon, pangkalan militer Portugis di Timor, dan kemudian Jawa Timur.

Dalam Pertempuran Laut Jawa pada 27 Februari 1942 yang menjadi fase terakhir operasi penaklukan Jawa oleh Jepang, tepatnya di sebelah utara Laut Surabaya, armada yang dipimpin Jintsuu akhirnya berhadapan frontal dengan ABDACOM yang dipimpin Admiral Karel Doorman. Berikut adalah susunan armada masing-masing negara:
  • IJN (Kekaisaran Jepang)
    • Light Cruiser: Jintsuu, Naka
    • Heavy Cruiser: Nachi, Haguro
    • Destroyer: Inazuma
    • Divisi Destroyer 7: Ushio, Sazanami, Yamakaze, Kawakaze
    • Divisi Destroyer 16: Yukikaze, Tokitsukaze, Amatsukaze, Hatsukaze
  • ABDACOM (Amerika-Inggris-Belanda-Australia)
    • Light Cruiser: HNLMS De Ruyfer, HMAS Perth, HNLMS Java
    • Heavy Cruiser: HMS Exeter, USS Houston
    • Destroyer: HMS Electra, HMS Encounter, HMS Jupiter, HNLMS Kortenaer, HNLMS Witte de With, USS Alden, USS John D. Edwards, USS John D. Ford, USS Paul Jones.
Setelah keberhasilan menghancurkan pertahanan terakhir Sekutu di Hindia Belanda, Jintsuu dikirim pulang ke Kure untuk mendapatkan perbaikan. Saat Pertempuran Midway terjadi, Jintsuu ditugaskan untuk mengawal konvoi kapal transportasi logistik dan minyak. Namun, sayangnya tugasnya gagal dan Jintsuu akhirnya dipindahkan ke armada Mikawa dan bersiap untuk menuju Kepulauan Solomon.

Sebelum tirai Pertempuran Solomon Timur dibuka, Admiral Tanaka di dalam Jintsuu memperoleh bala bantuan dari Admiral Yamamoto berupa pengiriman armada yang dipimpin Admiral Nagumo, yaitu: Shokaku, Zuikaku, Ryujo, Hiei, Kirishima, Suzuya, Kumano, Chikuma, Tone, dan Nagara setelah adanya kabar kehadiran 20 kapal induk Amerika Serikat di kawasan itu.

24-25 Agustus 1944, Pertempuran Solomon Timur dimulai. Pada awalnya Jintsuu harus mengawal Ryuujo, namun Ryuujo karam oleh 4 bom dan 1 torpedo dari pesawat milik USS Saratoga. Setelah Ryuujou karam, Jintsuu harus bertempur menghindari 6 pesawat pembom dari USMC Douglas sambil melindungi konvoi kapal transportasinya. Saat terkena bom, Jintsuu menyerahkan posisi flagship nya kepada kapal perusak Kagerou, dan mundur untuk selanjutnya diperbaiki oleh Akashi di Truk selama satu bulan.

Pertempuran terakhir Jintsuu terjadi di Pertempuran Kolombangara pada 13 Juli 1943. Untuk bisa membantu penyerangan torpedo dari armada kapal perusaknya (Yukikaze, Hamakaze, Yugure, Mikazuki, dan Kiyonami) Jintsuu memutuskan untuk mengambil risiko dengan menyalakan lampu suar pencari. Ini membuat posisinya ketahuan dan menjadikannya target bulan-bulanan 3 kapal penjelajah berat dan 10 kapal perusak.
Namun meskipun api mulai menyebar di atasnya, Jintsuu tetap menyalakan lampu suarnya dan terus meluncurkan torpedonya. Bahkan ketika lambung kapalnya mulai terbelah dua, kru kapalnya masih tetap tinggal untuk menembakkan meriam-meriamnya ke arah musuh. Pada akhirnya, Jintsuu karam terbelah dua setelah menerima kurang lebih 2.600 peluru meriam di tubuhnya, dan setelah Yukikaze mengambil alih posisi flagship-nya.

Pada akhirnya, Jintsuu telah  melakukan tugasnya sebagai pemimpin skuadron dengan baik, bahkan jika ia harus mengorbankan nyawanya untuk melindungi para bawahannya. Di atas semua itu, para sejarawan Jepang setuju menobatkan Jintsuu sebagai kapal Jepang yang bertempur paling sengit dan gigih sepanjang sejarah Perang Pasifik.



===============================================

Mohon dukungannya kepada blog ini dengan membeli merchandise Kantai Collection, baik yang official maupun fanmade di link Unlimited KanColle Shop. Dan bagi yang membutuhkan DMM Point untuk bermain game Kantai Collection, bisa membelinya dengan menuju ke halaman DMM Points Shop.